Sabtu, 15 Agustus 2015

Analisis Puisi Cinta (untuk Tedjawati) karya Abdul Hadi WM


BAB I
PENDAHULUAN
A.      Latar Belakang Masalah
Karya sastra merupakan hasil kreasi sastrawan melalui kontemplasi dan refleksi setelah menyaksikan berbagai fenomena kehidupan dalam sosialnya (A-Ma’ruf, 2012:1). Karya sastra tersebut merupakan sebuah karya yang bermedium bahasa. Melalui bahasa sastra, penulis tidak hanya mengungkapkan apa yang dikatakan, akan tetapi juga memperngaruhi sikap pembaca dalam menginterpretasikan suatu karya sastra.
Stilistika merupakan bagian dari sebuah sastra yang berkaitan dengan gaya bahasa seperti yang dinyatakan oleh (Ratna, 2009:3) bahwa stilistika adalah ilmu tentang gaya bahasa. Senada dengan hal tersebut, Al-Ma’ruf (2012, 25) menyatakan bahwa stilistika merupakan studi tentang pemanfaatan bentuk dan satuan kebahasaan dalam karya sastra sebagai media ekspresi sastrawan guna menciptakan efek makna tertentu dalam mencapai efek estetik.
Analisis karya sastra dari  tinjauan stilistika sangat menarik untuk dikaji. Aspek yang berkaitan dengan stilistika ini antara gaya bunyi (fonem), gaya kata (diksi), gaya kalimat, dan citraan. Dengan melakukan kajian tersebut, maka pembaca akan mengetahui hal-hal yang unik atau khas dalam karya sastra yang sedang dianalisis.
Berdasarkan beberapa hal di atas, maka akan dilakukan kajian stilistika berdasarkan keempat aspek tersebut untuk mengetahui keunikan/kekhasan bahasa dalam puisi Cinta (untuk Tedjawati) karya Abdul Hadi WM (1991).

B.       Rumusan Masalah
Brdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam kajian ini antara lain:
1.         Bagaimana penggunaan gaya bunyi  dalam puisi Cinta (untuk Tedjawati) karya Abdul Hadi WM.
2.         Bagaimana penggunaan gaya kata/ diksi dalam puisi Cinta (untuk Tedjawati) karya Abdul Hadi WM.
3.         Bagaimana penggunaan gaya kalimat dalam puisi Cinta (untuk Tedjawati) karya Abdul Hadi WM.
4.         Bagaimana penggunaan Citraan dalam puisi Cinta (untuk Tedjawati) karya Abdul Hadi WM.
C.      Tujuan.
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan dalam kajian ini adalah:
1.         Memaparkan penggunaan gaya bunyi dalam puisi Cinta (untuk Tedjawati) karya Abdul Hadi WM.
2.         Memaparkan penggunaan gaya kata/ diksi dalam puisi Cinta (untuk Tedjawati) karya Abdul Hadi WM.
3.         Memaparkan penggunaan gaya kalimat dalam puisi Cinta (untuk Tedjawati) karya Abdul Hadi WM.
4.         Memaparkan penggunaan citraan dalam puisi Cinta (untuk Tedjawati) karya Abdul Hadi WM.
















BAB II
PEMBAHASAN
Sebelum melakukan kajian stilistika mengenai puisi, berikut disajikan puisi yang akan dianalisis. Puisi yang akan dianalisis berjudul Cinta (untuk Tedjawati) karya Abdul Hadi WM (1991).
CINTA
(Untuk Tedjawati)
Karya Abdul Hadi WM (1991)
Cinta serupa dengan laut
Selalu ia terikat pada arus
Setiap kali ombaknya bertarung
Seperti tutur kata dalam hatimu
Sebelum mendapat bibir yang mengucapkannya

Angin kencang yang datang dari jiwa
Air berpusar di gelombang naik
Memukul hati kita yang telanjang
Dan menyelimutinya dengan kegelapan

Sebab keinginan begitu kuat
Untuk menangkap cahaya
Maka kesunyian pun pecah
Dan yang tersembunyi menjelma

Kau di sampingku
Aku di ampingmu
Kata-kata adalah jembatan 
Waktu adalah jembatan
Tapi yang mempertemukan
Adalah kalbu yang saling memandang
(Sumber: Antologi Puisi Tuhan Kita Begitu Dekat karya Abdul Hadi WM tahun 2012)
A.      Aspek-aspek Stilistika dalam Kajian Puisi “Cinta” (untuk Tedjawati) karya Abdul Hadi WM
Aspek-aspek stilistika yang dikaji dalam puisi “Cinta” (untuk Tedjawati) karya Abdul Hadi WM antara lain gaya bunyi, gaya kata, gaya Kalimat, dan Citraan. Masing-masing akan dipaparkan sebagai berikut:

1.    Gaya Bunyi
Puisi “Cinta” (untuk Tedjawati) yang ditulis oleh Abdul Hadi WM (1991) ini terdiri dari empat bait. Gaya bunyi pada puisi tersebut adalah sebagai berikut:
Pada Bait I terdiri dari lima baris. Keseluruhannya bait tersebut didomiansi oleh bunyi vokal /a/. dapat kita lihat pada  baris pertama Cinta serupa dengan laut didominasi oleh bunyi vokal /a/ yaitu Cinta dan serupa. Pada baris kedua  Selalu ia terikat pada arus di dominasi pula oleh bunyi vokal /a/ yaitu ia terikat pada arus. Pada baris ketiga setiap kali ombaknya bertarung masih didominasi lagi oleh bunyi vokal /a/.
Kata-kata terakhir pada bait pertama tersebut didominasi oleh vokal /u/. yaitu laut, arus, bertarung, hatimu, dan mengucapkannya. Bunyi vokal /a/ dan /u/  ini memiliki fungsi tersendiri pada karya sastra puisi tersebut.
Keunikan lain nampak pada bait pertama ini, yaitu penggunaan aliterasi atau pengulangan bunyi konsonan yang sama pada rangkaian kata yang berdekatan, yaitu pada empat baris terakhir yang meliputi selalu, setiap, seperti, sebelum. Pada baris tersebut memanfaatkan pengulangan bunyi konsonan  (s).
Pada bait kedua terdiri dari empat baris yang masih didominasi oleh bunyi vokal /a/. Baris pertama nampak pada angin kencang datang dari jiwa. Baris kedua air berpusar dan gelombang naik. Baris ketiga hati kita yang telanjang serta bait keempat nampak pada dan menyelimutinya dengan kegelapan. Kata-kata terakhir dalam keseluruhan bait kedua pun didominasi oleh bunyi vokal /a/. Akan tetapi, pada bait kedua ini tidak terdapat penggunaan asonansi maupun aliterasi.
Bait ketiga pada puisi ini terdiri dari empat baris. Keseluruhan kata terakhir didominasi oleh bunyi vokal /a/. Bait keempat Ada keunikan tersendiri dalam bait terakhir ini. Yaitu pada baitu pertama dan kedua yang berbunyi:
Kau di sampingku 
Aku di sampingmu
Pada kata pertama diakhiri oleh bunyi vokal yang sama, yaitu bunyi vokal /u/. Kata kedua sama-sama menggunakan kata di yang diikuti oleh kata sampingku dan sampingmu yang diakhiri bunyi vokal /u/ pula. Selain itu, terdapat penggunaan larik yang indah pada baris ke tiga dan ke empat yang mengulang kata jembatan. Yaitu:
Kata-kata adalah jembatan
Waktu adalah jembatan

2.    Gaya Kata (Diksi)
Puisi “Cinta” (untuk Tedjawati) karya Abdul Hadi WM (1991) pun memanfaatkan penggunaan kata konotatif di samping kata konkret. Kata konotatif dalam puisi ini mengandung makna kias. Penggunaan kata kontatif ini terlihat pada beberapa kalimat sebagai berikut:
Pada bait pertama baris pertama, Cinta serupa dengan laut yang mengandung majas simile atau majas perbandingan yang mengibaratkan bahwa cinta seperti laut yang didalamnya terdapat ombak maupun badai. Begitu pun dengan cinta yang penuh rintangan dan ujian. Oleh karena itu, tidak salah bila sang penyair mengibaratkan cinta laksana laut.
Majas personifikasi dimanfaatkan pada bait pertama baris keketiga, Setiap kali ombaknya bertarung. Pada bait tersebut penyair mengungkapkan benda mati yang seolah-olah sebagai makhluk hidup. Yaitu ombaknya bertarung yang dianggap layaknya manusia yang mampu bertarung.
Bait kedua pun masih memanfaatkan majas personifikasi, yaitu penggambaran air dan angin yang mampu memukul manusia. Penggunaan majas tersebut mengandung efek makna estetis. Adapaun kata abstrak yang dapat ditemui pada baris bait kedua yaitu jiwa. Penyair tidak mneyatakannya secara konkrit. Pada baris terakhir bait kedua ini menggamabarkan suasana sunyi seperti di kegelapan malam. Dan menyelimutinya dengan kegelapan.
Majas metafora pun dimanfaatkan dalam puisi ini pada bait keempat yaitu kata-kata adalah jembatan dan waktu adalah jembatan. Dalam kalimat tersebut terdapat kata kata-kata yang dianlogikan seperti jembatan dan waktu yang dianalogikan seperti jembatan.
Pada bait keempat baris terakhir adalah kalbu yang saling memandang yang merupakan perlambangan sebuah cinta yaitu seperti kalbu atau hati. Penggunaan bahasa konotatif ini bertujuan untuk memberi makna estetis tertentu untuk memperindah kosa kata.

3.    Gaya Kalimat
Kepadatan kalimat dengan gaya implisit terdapat dalam puisi “Cinta” untuk Tedjawati karya Abdul Hadi WM.
Bait pertama:
/ cinta (itu) serupa dengan laut /
Pemadatan kalimat pada baris tersebut dapat membuat kalimat menjadi lebih ringkas dan efektif. Selain itu, hal tersebut dapat menggambarkan cinta yang diibaratkan seperti lautan. Kalimat tersebut mampu menciptakan suasana hati yang tengah merasakan pahit manis cinta. Suasana tersebut hanya mampu dirasakan oleh seseorang yang tengah merasakan cinta atau tengah jatuh cinta.
Bait kedua:
/ dan menyelimuti (hati) dengan kegelapan/
Pemadatan kalimat dengan mengimplisitkan bagian tertentu dalam kalimat tersebut pun  dapat membuat kalimat menjadi lebih ringkas dan efektif. Suasana hati yang sendu pun nampak dalam kalimat tersebut.
Bait ketiga:
/ sebab keinginan (akan cinta) begitu kuat /
/ untuk menangkap cahaya (dalam kegelapan) /
Dengan mengimplisitkan bagian tertentu, kalimat dalam puisi pada bait ketiga pun akan menjadi efektif dan ringkas. Suasana yang menggambarkan keinginan untuk mendapatkan cinta di dalam kesunyian pun tersirat dalam kaliat tersebut. Kondisi atau suasana demikian hanya mampu dirasakan oleh seseorang yang tengah mencari cinta sejatinya.
Bait ke empat:
/ kau (duduk) di sampingku /
/ aku (pun) (duduk) di sampingmu /
/ tapi  yang mempertemukan (aku dan kau) /
Bait ke empat dalam puisi tersebut pun terdapat pemadatan kalimat yang diimpilisitkan yang menggambarkan kedekatan antara laki-laki dan perempuan yang sebenarnya telah saling mengenal satu sama lain akan tetapi keduanya masih sama-sama menunggu kata cinta yang nantinya akan mempertemukan mereka berdua.

4.    Citraan
Citraan atau pengimajian selalu digunakan dalam setiap puisi. Begitu pun dalam puisi “Cinta” untuk Tedjawati karya Abdul Hadi WM (1991) ini. Citraan banyak digunakan dalam puisi tersebut, antara lain Citraan Pendengaran, Citraan penglihatan, Citraan Perabaan. Citraan tersebut dipaparkan sebagai berikut:
Seperti tutur kata dalam hatimu (bait pertama, baris keempat) mengandung citraan pendengaran. Yang nampak dari acuan atau referent frasa tutur kata yang berfungsi untuk membangkitkan imaji pembaca agar seolah-olah mendengarkan tutur kata yang terucap.
Sebelum mendapat bibir yang mengucapkannya (bait pertama. Baris kelima) mengandung citraan pendengaran. Hal tersebut nampak dari acuan kata mengucapkannya. Citraan tersebut memberi imaji kepada pembaca agar seolah-olah mendengarkan ucapan cinta yang terlontar dari bibir.
Air berpusar dan gelombang naik (Bait ke dua, baris ke dua) mengandung citraan visual/ penglihatan. Citraan tersebut memberi imaji kepada pembaca agar mampu melihat keadaan laut yang airnya selalu berpusar bersama gelombang air laut yang naik. Citraan penglihatan pun nampak dalam bait ketiga baris pertama dan kedua, yaitu Kau di sampingku (baris pertama) dan Aku di sampingmu (baris kedua).
Selain citraan pendengaran dan penglihatan, ada pula citraan perabaan. Citraan perabaan nampak dalam bait ketiga secara kesuluruhan, yaitu:
Sebab keinginan begitu kuat
Untuk menangkap cahaya
Maka kesunyian pun pecah
Dan yang tersembunyi menjelma
Citraan tersebut berfungsi untuk memberi imaji kepada pembaca agar seolah olah mampu merasakan keinginan yang kuat, mampu menangkap cahaya dalam kegelapan, merasakan kesunyian yang pecah dan tersembunyi. Citraan ini melibatkan sentuhan perasaan secara penuh dalam diri pembaca.
Adalah kalbu yang saling memandang (bait keempat, baris terakhir) pun mengandung citraan perabaan. Citraan tersebut memberi imaji kepada pembaca agar merasakan cinta yang tumbuh di dalam hati.




















BAB III
PENUTUP

A.      Kesimpulan
Berdasarkan hasil dan pembahasan dalam bab II tersebut, dapat disimpulkan bahwa terdapat keunikan atau kekhasan dalam puisi Cinta (untuk Tedjawati) karya Abdul Hadi WM (1991) yaitu: gaya bunyi dalam puisi tersebut didominasi oleh bunyi vokal /a/. selain itu terdapat aliterasi atau pengulangan bunyi konsonan yang sama pada bait pertama (selalu, setiap, seperti, sebelum). Puisi tersebut mengandung majas personifikasi, metafora, dan simile yang mampu membangkitkan imajinasi pembaca. Citraan dalam puisi tersebut antara lain citraan pendengaran, penglihatan, perabaan.























DAFTAR PUSTAKA

Al-Ma’ruf. 2012. Stilistika: Teori, Metode, dan Aplikasi Pengkajian Estetika bahasa. Surakarta: Cakra Books.
Ratna, Nyoman Kutha. 2009. Stilistika: Kajian Puitika Bahasa, Sastra, dan Budaya. Yogyakarta: Pustaka pelajar.
WM, Abdul Hadi. 2012. Antologi Puisi: Tuhan, Kita Begitu Dekat: Depok: PT. Komodo Books.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar