Sinopsis 10 Novel
Disusun
Untuk Memenuhi Tugas Pengkajian Fiksi
Pengampu:
Dr. Ali Imron Al Ma’ruf, M.Hum.
Disusun
Oleh:
Norma Tri Wibawati (A.310110017/
IV A)
Program Studi Bahasa Sastra Indonesia dan Daerah
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Muhammadiyah
Surakarta
2013
Judul : Para Priyayi
Pengarang : Umar Kayam
Jenis Novel : Novel Literer
Penerbit : Grafiti
Tahun Terbit : 1996
A. Sinopsis
Wage adalah seorang anak penjual tempe di
desa Wanalawas. Sejak di dalam kandungan, ia telah menjadi anak yatim. Ayahnya
adalah seorang perampok yang entah kemana perginya. Kehidupan desa Wanalawas
diliputi oleh kemiskinan. Keadaan tersebut menyebabkan wage memiliki
kepribadian yang lugu dan penurut.
Ketika wage berusia enam tahun, ibunya
menyerahkan Wage kepada keluarga Sastrodarsono yang tinggal di jalan Setenon di
kota Wonogalih. Keluarga Sastrodarsono adalah keluarga priyayi. Sastrodarsono
adalah seorang guru. Semenjak tinggal di sana, Wage mengalami kenaikan status
sebagai keluarga Priyayi. Wage merupakan anak yang rajin, pintar dan tekun
dalam belajar. Keluarga Sastrodarsono selalu memperlakukan Wage dengan sangat
baik walaupun Wage hanya sebatas anak titipan. Nama Wage juga diganti menjadi
Lantip oleh keluarga Sastrodarsono karena nama tersebut dipandang lebih
bermakna dan lebih pantas untuk hidup di lingkungan para Priyayi. Lantip banyak
merasakan peristiwa suka dan duka di kelarga Sastrowardoyo. Salah satunya
adalah dimulai dari kenyataan pahit di saat ibunya meninggal dunia karena
keracunan jamur. Saat ibunya meninggal dunia, Lantip masih kelas lima. Pak
Dukuh memberi tahu Lantip bahwa ibunya meninggal, kemudian gurunya mengantarkan
Lantip pulang ke Wanalawas dengan mengendarai sepeda. Gurunya tak
henti-hentinya menghibur Lantip ketika di perjalanan. Sesampainya di Wanawalas,
tetangganya juga mendekap tubuh Lantip dan memberi nasihat agar Lantip tabah
dalam menghadapi cobaan. Setelah itu, Lantip disuruh menginap di rumah gurunya
selama tiga hari, baru stelah itu Lantip akan di pulangkan ke keluarga
Sastrodarsono.
Lantip sangat bahagia hidup bersama
keluarga Sastrodarsono karena keluarga tersebut dikenal dengan keluarga yang
saling menghormati. Keluarga Sastrodarsono merupakan keluarga pertama yang
menjadi priyayi bersama Ngaisah, istrinya. Sastrodarsono dan Ngaisah dikaruniai
tiga orang anak, dua laki-laki dan satu perempuan. Anak sulungnya bernama
Nugroho. Ia dikenal sebagai anak yang patuh terhadap orangtua. Dari segi
pendidikan, Nugroho pun telah menyelasikan sekolah dan menjadi guru sekolah
dasar untuk anak-anak priyayi di Yogyakarta.
Nugroho memiliki seorang istri bernama
Sus. Mereka berdua dikaruniai dua anak yang bernama Tammi dan Marrie. Masa kekuasaan
Jepang merubah garis hidup Nugroho. Nugroho kemudian di angkat menjadi opsir
tentara Republik yang ikut andil dalam peperangan secara langsung. Pada masa
itulah, nasib tragis melingkupi Nugroho
karena anak pertama dan anak perempuannya dihamili oleh Marijan, beruntung
Marijan bersedia untuk bertanggungjawab.
Anak kedua Sastrodarsono bernama Hardojo.
Ia juga berhasil menyelasikan sekolah dan kini menjadi abdi dalem Mangunegaran
di kota Solo. Ia juga bekerja di bagian pendidikan orang dewasa dan gerakan
pemuda berpangkat wedana. Ia kemudian menikah dengan Sumarti, yang tidak lain
adalah anak didiknya sendiri. Keduanya kemudian di karuniai seorang anak
bernama Harimurti. Anak ketiga Sastrodarsono bernama Soemini seperti halnya
dengan yang lain dia pun menyelesaikan sekolahnya dan menjadi guru dan ia
menikah dengan Raden Harjono Cokrokusuma yang menjadi asisten wedana di
Karangkelo. Sastrodarsono merawat anak-anaknya dan sebagai seorang priyayi, ia
juga merawat anak-anak dari saudaranya.
Sebagai anak titipan, Lantip terkadang
merasa diremehkan oleh anak-anak Sastrodarsono. Anak pertama Sastrodarsono,
yaitu Nugroho sering memberikan kesan negatif kepada Lantip. Namun, seiring
berjalannya waktu Nugroho pun terkesima dengan Lantip karena lantip dapat
menyelasaikan permasalahan-permasalahan di keluarganya.
Suatu hari, datanglah kabar mengejutkan
dari sebuah telegram yang menyatakan bahwa mbah putri, ibu Ngaisah yang tidak
lain adalah istri dari Sastrodarsono meninggal dunia karena menderita liver.
Seluruh keluarga pun menjadi sangat terpukul. Jenazah ibu Ngaisah kemudian
dimakamkan di Malawas. Ketika memakamkan mbah putri, Nugroho meminta lantip
untuk pidato. Akhirnya Lantip menerima tawaran tersebut. Setelah upacara
pemakaman selesai, mereka kembali ke Wonogalih. Setelah sampai di rumah, mereka
membahas tentang pidato Lantip, ternyata Nugroho tidak memahami makna pidato
Lantip. Akhirnya Lantip minta maaf dan kembali mengunjuni makam mbah putri.
B.
Gagasan
Apabila
Ditnjau dari pendekatan Psikologi Sastra, novel
“Para Priyayi” tersebut menggambarkan berbagai beban psikis yang dialami oleh Wage yang merupakan
tokoh utama dari novel tersebut. novel tersebut menceritakan perjuangan Wage
untuk menjawab tantangan kehidupan tanpa mendapatkan kasih sayang dari
orangtuanya. Saat Wage di dalam kandungan, Wage telah ditinggal oleh ayahnya
yang diduga seorang perampok. Di usianya yang baru enam tahun, dia dititipkan
kepada seorang Priyayi dan harus pisah oleh ibunya. Secara sosial Wage
mengalami kenaikan derajat dalam hidupnya karena ia telah diasuh oleh keluarga
Priyayi dan namanya kemudian diganti menjadi Lantip. Akan tetapi, secara
emosional Lantip masih menyimpan
beban batin karena kurangnya kasih sayang serta perhatian yang seharusnya ia
dapatkan dari orangtuanya.
Sedangkan jika ditinjau dari pendekatan Strata Social and Culture, novel Para
Priyayi ini menggambarkan adanya kesenjangan sosial. Kesenjangan sosial yang
dimaksud adalah kesenjangan antara keluarga Priyayi dengan keluarga yang ukan
dari kalangan Priyayi atau rakyat biasa. Sehingga novel ini menggambarkan secara
jelas adanya kedudukan sosial dalam kebudayaan masyarakat tersebut. Derajat
seorang Priyayi jauh lebuh tinggi tingkatannya dibandingkan rakyat biasa
sehingga menimbulkan suatu diskriminasi dan memberikan batasan pada hak serta
martabat manusia sebagai makhluk sosial.
Judul : Ronggeng
Dukuh Paruk
Jenis Novel : Novel Literer
Pengarang :
Ahmad Tohari
Penerbit :
PT. Gramedia Pustaka Utama
Tahun Terbit : 1981
A.
Sinopsis
Novel Ronggeng Dukuh Paruk tersebut menceritakan
tentang kisah seorang gadis yatim piatu bernama Srintil. Usia Srintil baru
sebelas tahun. Di usia itu, Srintil sudah ditetapkan menjadi ronggeng. Ia
menjadi ronggeng di desanya yang terletak di dukuh Paruk. Dukuh Paruk merupakan
suatu tempat yang letaknya di daerah Jawa. Warga dukuh Paruk menyambut kabar
tentang diangkatnya Srintil menjadi ronggeng dengan penuh suka cita. Menurut
warga setempat, citra Srintil sebagai ronggeng akan dikenal banyak orang dan akan
selalu menggema. Dukuh yang terkenal itu akan kembali dihadiri oleh tamu-tamu
dari berbagai penjuru desa, sehingga dukuh Paruk akan kembali ramai. Uang-uang
akan bertebaran di atas panggung.
Terpilihnya Srintil menjadi ronggeng di dukuh
Paruk pun mengundang kebahagiaan dan kekecewaan dari berbagai pihak. Orang yang
paling bahagia atas hal tersebut adalah kakek dan nenek srintil, Sakarya dan
istrinya. Mereka merasa usaha mereka dalam mengasuh dan mendidik Srintil sejak
kedua orangtuanya meninggal dunia tidak sia-sia. Srintil pun sudah mendapat
restu dari ronggeng keramat Ki Secamenggala. Akan tetapi, orang yang paling
kecewa dan sedih atas terpilihnya Srintil menjadi ronggeng adalah Rasus, yang
tidak lain merupakan kekasih Srintil. Dia harus dapat menerima kenyataan pahit
bahwa Srintil telah menjadi ronggeng. Jika Srintil menjadi ronggeng, maka
Srintil bukanlah miliknya sendiri tetapi milik semua orang. Siapapun boleh
memiliki dan menikmati keindahan tubuh Srintil. Semua laki-laki memiliki
kebebasan untuk meniduri Srintil, karena hal tersebut sudah menjadi tradisi
dukuh Paruk sejak dahulu. Salah satu syarat untuk menjadi ronggeng aalah harus
bersedia menyerahkan keprawanan kepada orang lain. Hal itu sudah ditentukan
oleh orang yang sangat berpengaruh di dukuh Paruk, yaitu Ki Kartareja.
Rasus telah menduga
bahwa pemuda yang akan mendapatkan kesucian Srintil adalah Dower dan Sulam.
Kedua pemuda itu sangat licik. Masing-masing dari mereka menyerahkan harta
benda kepada Ki Kartareja demi mendapat jatah pertama meniduri Srintil. Dower
menyerahkan seekor kerbau dan uang perak sedangkan Sulam mempersembahkan
seringgit uang emas kepada Dukun Ronggeng Dukuh Paruk, yaitu Ki Kartareja.
Ada beberapa syarat yang
harus dipenuhi Srintil untuk menjadi ronggeng. Syarat itu berupa ritual-ritual
yang harus dijalani Srintil. Pada suatu malam, Rasus secara diam-diam mengikuti
ritual yang dilakukan Srintil. Tak seorangpun tahu bahwa Rasus diam-diam
mengikuti. Ritual yang pertama, Srintil dibawa ke makam Ki Secamenggala. Di
depan makam tersebut, Srintil dimandikan. Tahap selanjutnya yaitu menjadi
kelambu. Maksudnya, pada malam itu juga Srintil harus menyerahkan
keperawanannya kepada lelaki yang telah ditentukan oleh dukun Kartareja. Lelaki
yang telah ditentukan adalah Dower dan Sulam. Keduanya merupakan pemuda yang
sangat jahat dan bajingan di duku Paruk tersebut. Kedua lelaki itu bertengkar
untuk mendapatkan giliran yang pertama.
Pertengkaran antara
Dower dan Sulam secara sengaja didengar oleh Rasus. Ketika Rasus merasa dongkol
melihat pertengkaran mereka, tiba-tiba Srintil datang dan memohon kepada Rasus
agar Rasus bersedia menggauli dirinya karena Srintil tidak rela jika yang
menggaulinya adalah Dower dan Sulam, pemuda yang sangat dibenci oleh Srintil.
Rasus pun memenuhi keinginan Srintil tersebut. tidak dapat dipungkiri bahwa
sebenarnya Rasus sudah lama menginginkan hal tersebut. Setelah selesai
menggauli Srintil di belakang rumah dukun Kartareja, Rasus pun meninggalkan
Srintil dan dukuh Paruk.
Kini, wanita yang sangat
dicintai Rasus itu sekaligus menjadi wanita yang ia benci karena Srintil telah
menjadi ronggeng yang akan dimiliki oleh semua orang. Rasus mengasingkan diri
di desa Bawuan. Di sana, ia banyak merenung. Bayang-bayang Srintil sang ronggeng
sangat sulit dilupakan. Ia berusaha menyingkirkan kenangan di antara mereka.
Ketika Srintil meminta
kepada Rasus agar Rasus menjadi suaminya, dengan sangat tegas Rasus menolak
permintaan Srintil tersebut. Keputusan Rasus sudah bulat. Ia mengalah dan
membiarkan Srintil menjadi ronggeng yang dibanggakan di dukuh Paruk.
B. Gagasan
Novel Ronggeng Dukuh
Paruk menceritakan tentang seorang anak perempuan berusia sebelas tahun yang
akan menjadi ronggeng. Sebelum resmi menjai ronggeng, ia harus melakukan dua
syarat, salah satu syarat yang harus dilakukan adalah malam bukak kelambu. Malam bukak kelambu merupakan malam dimana
seorang ronggeng harus menyerahkan keperawanannya kepada laki-laki yang mampu
membayar paling mahal. Tetapi, Rasus lah yang mendapatkan keperawanan Srintil
karena kemauan Srintil sendiri.
Novel tersebut
menggambarkan seorang wanita yang dimiliki oleh semua lelaki dan dengan bebas
semua lelaki tersebut berhak untuk menikmati tubuh wanita. Hal tersebut sangat
bertentangan dengan norma sosial dan norma agama yang ada di masyarakat. tidak
sepantasnya seorang wanita melakukan perbuatan seperti itu kepada lelaki yang
bukan muhrimnya atau bukan suaminya.
Namun, norma sosial dan
norma agama sepertinya tidak berlaku di dukuh Paruk. Seorang wanita yang
menjadi ronggeng tidak dianggap tabu oleh masyarakat dukuh Paruk. Seorang
wanita yang menjadi ronggeng akan merasa bangga. Bahkan, seorang istri yang
suaminya bisa meniduri ronggeng justru merasa sangat bangga. Perbuatan
seksualitas di dalam masyarakat dukuh paruk jauh dari nilai sakralitas. Tidak
ada batasan tabu di dukuh Paruk tersebut.
Ronggeng juga tidak
boleh menikah dan memiliki keturunan, sebab jika seorang ronggeng menikah dan
memiliki keturunan maka akan menganggu pekerjaannya. Istri dukun ronggeng telah
membuat Srintil sang ronggeng tidak bisa memiliki keturunan karena ia harus
melayani lelaki manapun. Perbuatan yang dilakukan oleh istri dukun tersebut
sangat tidak manusiawi karena ia telah merampas hak orang lain. Kodrat wanita
adalah berkeluarga, memiliki suami dan mempunyai keturunan sehingga ia menjadi
wanita yang sempurna. Tetapi hal tersebut tidak dapat didapatkan oleh Srintil.
Srintil pun ditinggal pergi oleh seseorang yang sangat dicintainya.
Ajaran-ajaran di dalam
agama telah memberikan suatu batasa-batasan dalam bergaul dan berhubungan
dengan lawan jenis. Sesorang tidak boleh mendekati perbuatan zina bahkan
melakukan perbuatan zina. Sesungguhnya zina merupakan perbuatan keji dan munkar
yang dibenci oleh Allah.
Judul :
Nayla
Jenis Novel :
Novel Literer
Pengarang :
Djenar Maesa Ayu
Penerbit :
PT. Gramedia Pustaka Utama
Tahun Terbit : 2005
A. Sinopsis
Novel Naylatersebut
mengisahkan tentang lika-liku kehidupan anak perempuan yang tinggal bersama
ibunya, namun kesehariannya selalu disiksa oleh ibunya tersebut. Nama gadis
tersebut adalah Nayla Kinar. Sebenarnya, sebelum kedua orangtuanya bercerai,
kehidupan Nayla sangat membahagiakan. Sejak peristiwa perceraian itulah, Nayla
tinggal bersama ibunya. Ayahnya menikah lagi dengan wanita lain. Nayla selalu
mengalami tekanan, baik jiwa mapun fisik akibat perlakuan dari ibunya. Sejak
tinggal bersama ibunya, psikis dan mental Nayla menjadi terguncang. Ia tidak
pernah merasakan kehidupan yang menyenangkan seperti anak-anak lain. Tidak
hanya itu, Nayla pun tidak pernah mendapatkan kasih sangat, belaian lembut dari
kedua orangtuanya. Walaupun ia tinggal dengan ibu kandungnya sendiri, tetapi
ibunya tidak pernha memperlakukan Nayla dengan baik. Nayla selalu disiksa
secara kejam jika melakukan kesalahan. Kajadian yang sangat menyengsarakan
adalah ketika Nayla tidak bisa berhenti ngompol, ibunya menusuk vagina Nayla
dengan peniti. Begitu pula saat Nayla tidak mau makan sayur, maka ibunya kan
terus memaksa Nayla untuk mengeluarkan makanan yang telah ditelan dan menyumpal
mulutnya dengan kotorannya sendiri. Tidak hanya itu, saat Nayla menghilangkan
tutup pensil, ibunya menghukum Nayla berjemur di atas atap seng yang panas
hingga kulit pada telapak kakinya mengelupas. Tekanan yang sangat menyakitkan
bagi Nayla adalah saat ia diperkosa oleh teman kencan ibunya sendiri. Padahal,
usia Nayla pada saat itu baru Sembilan tahun. Laki-laki yang memperkosa Nayla
tersebut biasa dipanggilnya Om Indra. Ternyata,
Om Indra dan Ibunya telah bersekongkol untuk menghancurkan masa depan Nayla.
Setelah kejadian terebut, Nayla sangat bingung. Nayla memutuskan untuk
kabur ke rumah ayahnya. Ia memilih untuk tinggal bersama ayahnya. Ayah Nayla
adalah seorang penulis. Nayla kembali bersedih, karena baru beberapa waktu ia
tinggal bersama ayahnya, kemudian ayahnya meninggal dunia. Nayla merasa bahwa
ia tidak mepunyai seseorang yang menyayanginya dan ia sangat terpukul dengan
kematian ayahnya tersebut. Tekanan demi tekanan yang engguncang hidupnya
membuat ia terjerumus ke dalam hal-hal yang yang tidak baik. Ia mulai terlibat
dengan narkotika bahkan ibunya sampa mengirim Nayla ke pusat rehabilitasi.
Nayla mersa sangat terpenjara ditempat itu sehingga ia melarikan diri dari
pusat rehabiliatasi.
Nayla kini memasuki dunia malam. Ia bekerja sebagai juru lampu di
diskotik. di tempat itu, Nayla bertemu dengan Juli. Juli merupakan wanita
lesbian yang bekerja sebagai DJ (Disk Jockey). Beberapa waktu kemudian, Nayla
juga ditinggalkan oleh Juli. Setelah itu, ia mulai menjalin hubungan dengan
Ben. Namun, hubungan itu itu akhirnya harus berakhir karena perbedaan pandangan
hidup.
Kini Nayla bisa lepas dari kehidupan yang gelap itu. Semua hal yang ia
alami ia jadikan sebagai pelajaran hidup. Lika-liku hidup Nayla akan menyayat
hati bagi yang mendengarnya. Pada akhirnya, Nayla berhasil menjadi seorang
penulis yang sukses. Perjalanan hidupnya ia tuangkan dalam bentuk tulisan,
bahkan ia menerima tawaran untuk menjadikan tulisan-tulisannya diangkat menjadi
sebuah film.
B.
Gagasan
Menurut
saya, Djenar Maesa Ayu merupakan sosok penulis yang snagat berbakat. Ia berhasil
menyoroti kehidupan seorang wanita yang tertindas. Seperti dalam karyanya dalam
novel Nayla tersebut, pengarang menyampaikan tentang makna psikologi yang
dialami oleh Nayla. Nayla merupakan anak kecil yang selalu mendapatkan siksaan
dari bu kandungnya sendiri. Padahal, seharusnya seorang ibu harus mencurahkan
segenap kasih sayangnya kepada anak kandungnya karena ia memiliki naluri
keibuan. Tetapi, sepertinya naluri keibuannya telah mati karena ia selalu
menyiksa Nayla dengan sangat kejam jika Nayla melakukan kesalahan sekecil
apapun. Ibunya pun tega menyaksikan Nayla diperkosa oleh teman kencannya
sendiri yang bernama Om Indra. Ia benar-benar tidak pantas menjadi seorang ibu.
Kekejamannya membuat psikis dan mental
Nayla terguncang, masa depan Nayla pun hancur karena ia terjerumus ke dalam
hal-hal yang negative seperti terjerat narkotika. Akan tetapi, semua kejadian
pahit yang ia alami saat ini telah terhapus karena ia berhasi;l menjadi seorang
penulis sukses. Ia juga merasa bangga ketika pengalaman hidupnya diangkat
menjadi sebuah film.
Cerita
ini disampaikan dengan bahasa yang sangat lugas dan mudah dimengerti.
Judul : Keluarga
Permana
Jenis Novel : Novel Literer
Pengarang : Ramadhan K.H.
Penerbit : PT. Gramedia Pustaka
Utama
Tahun Terbit : 1986
A.
Sinopsis
Novel
ini mengisahakan tentang kehidupan sepasang pengantin baru yang bernama Sumarto
dan Farida. Kebahagiaan yang menyelimuti keduanya pada akhirnya berubah menjadi
kedukaan. Ketika itu Farida jatuh pingsan, Sumarto pun nampak sangat gugup dan
gelisah. Akhirnya, Sumarto memanggil ibunya karena keadaan Farida semakin
parah. Kemudian, Farida dibawa ke rumah sakit. Setelah melakukan pemeriksaan,
dokter menyarankan agar Farida harus diopname di rumah sakit. Menjelang malam,
ditengah kesunyian, Farida pun terbangun dari tidurnya untuk mengambil air.
Tetapi, Farida justru terjatuh dan kepalanya membentur meja pembasuh. Suasana
yang tadinya sunyi pun berubah menjadi ramai. Perawat pun bergegas menuju kamar
Farida karena terdengar suara yang sangat gaduh. Akan tetapi, nyawa Farida
sudah tidak dapat ditolong lagi. Farida pun meniggalkan orang-orang yang
dicintainya untuk selama-lamanya.
Duka
mendalam tengah dirasakan oleh keluarga Sumarto. Kabar duka tersebut akhirnya
sampai ke orangtua Farida. Permana dan Saleha terkejut. Raut wajah mereka
bagaikan kain lusuh. Suasana menjadi hening dan sepi. Saleha, ibu Farida sempat
berpikir tentang status agama yang dianut oleh Farida, yaitu agama Katolik.
Saleha tahu bahwa Farida masuk agama Katolik secara terpaksa.
Batin Saleha mulai berontak, pikirannya
tidak terkontrol sehingga ia bertengkar dengar suaminya. Mereka memperdeatkan
tentang pemakaman Farida. Farida hendak dimakamkan di pemakaman Simaraga tempat
pemakaman orang Islam atau di pemakaman Pandu, pemakaman orang Kristen. Batin
Permana pun tersentak, ia mengingat masa lalu Farida yang sangat menyedihkan.
Ia sering memukul Farida ketika Permana bertengkar dengan Saleha. Kemarahan
Permana semakin menjadi-jadi sehingga suasana rumahnya seperti neraka yang
membakar orang-orang disekelilingnya. Akan tetapi, Saleha mulai mengetahui
latar belakang penyebab kemarahan Permana. Saleha mulai menjelaskan duduk
permasalahan dengan Permana, sehingga pada akhirnya Permana jarang marah.
Suatu hari, Permana dipecat dari
pekerjaannya. Pagi itu, ada seorang pemuda dengan penampilannya yang sopan dan
rapi, dia adalah Sumarto. Sumarto bekerja di sebuah perusahaan Asuransi. Akan
tetapi, dulunya Sumarto sempat kuliah di Fakultas Kedokteran namun gagal.
Maksud kedatangan Sumarto adalah untuk mondok di rumah Permana. Permana merasa
simpati terhadap Sumarto. Semua itu pada akhirnya diceritakan ke Saleha bahwa
Sumarto akan mondok di rumahnya.
Pada suatu hari, Sumarto datang lebih awal
sehingga memberikan kesempatan Farda dan sumarto untuk menjalin hubungan khusus
dan lebih mendalam. Pagi itu pun Permana terlihat sangat murung karena Farida
dan Sumarto terlihat dekat. Permana mulai menceritakan kedekatakan Sumarto dan
Farida kepada Saleha. Akan tetapi, Saleha melepaskan semua itu kepada Permana.
Keesokan harinya, Permana menemui Sumarto. Sumarto disuruh untuk pergi dari
pemondokannya dengan alasan rumah itu akan dijual. Sumarto kaget mendengar
pernyataan Permana tersebut. Ia akan sulit bertemu dengan Farida jika ia pergi
dari pemondokan Permana. Sumarto kemudian menulis surak untuk Farida, surat itu
diletakkan di bawah pot bunga di tempat kotak pos.
Saat waktu makan malam tiba, Farida tidak
ikut makan malam bersama keluarganya, Farida hanya tidur-tiduran di kamar
dengan kondisi sedih dan bingung. Melihat tingkah laku Farida yang aneh itu,
Saleha pun menghampiri Farida ke kamarnya. Sebelum sampai ke kamar farida,
Komariah pun memberanikan diri untuk menghampiri Saleha dan mengatakan bahwa
Farida sudah dua bulan tidak mengalami haid. Mendengar cerita tersebut, Saleha
pun menjadi penasaran. Ia mulai bertanya kepada Farida. Farida diam seribu
bahasa. Akan tetapi, pada akhirnya Ida pun berani menceritakan kejadian yang
sebenarnya. Saleha akhirnya menceritakan peristiwa tersebut kepada Permana.
Permana sangat marah hingga badannya mendidih. Permana berniat untuk
menggugurkan janin di dalam kandungan Farida. Farida pun dibawa ke dukun,
perutnya dipijat dan diberi ramuan. Keesokan harinya, Farida mulai merasakan
sakit perut pertanda ramuan dari dukunnya sudah bereakasi. Perutnya
mengeluarkan darah. Permana lalu mengabarkan perkembangan Farida kepada Saleha.
Saleha pun merasa senang. Akan tetapi, beberapa saat kemudian perut Farida
semakin parah dan tambah sakit. Melihat gejala yang terjadi, Permana kemudian
memberikan pil kepada Farida, namun pil tersebut tidak memberikan reaksi yang
baik. Dengan terpaksa, Farida dibawa ke rumah sakit. Sumarto pun mengetahui
keadaan Farida. Sumarto kaget melihat keadaan Farida yang semakin memburuk
sehingga Sumartp menulis surat kepada Permana tentang bahaya dan hukuman jika
melakukan aborsi, akan tetapi surat tersebut dibaca oleh Farida. Farida merasa
sangat berdosa.
Sepulangnya dari rumah sakit, Farida pun
bertemu dengan Sumarto. Tekad baik dari Sumarto adalah untuk meminang Farida.
Lalu, Farida menceritakan hal tersebut kepada ibunya. Mendengar penjelasan dari
Farida tersebut, kemudian Saleha menceritakan kepada Permana. Namun, Permana
tidak memberikan respon. Keesokan harinya, Farida dipertemukan dengan seorang
pastur. Farida pun dibaptis, namanya berubah menjadi Maria Magdalena. Seusai
dibaptis, pernikahan antara Sumarto dan Farida pun terlaksana. Pernikahannya
dilangsungkan di rumah Permana dengan penuh kebahagiaan. Pengantin pria pun
datang ke tempat mempelai wanita.
Hanya seminggu kebahagiaan itu
berlangsung, kini datang kabar bahwa Farida telah meninggal dunia. Tangisan tak
habis dicurahkan hingga pemakaman berlangsung dan dipimpin oleh seorang pastur.
B. Gagasan
Jika dilihat dari segi kepribadian atau
karakter dari penokohan, novel Keluarga Permana tersebut menggambarkan
bagaimana tokoh Farida di dalam novel tersebut. Farida mengalami suatu depresi
atau tekanan di dalam kehidupannya. Dia pun harus menerima kenyataan ketika
orangtuanya mengambil konsekuensi yaitu menggugurkan kandungannya karena untuk
menghindari cemoohan dari masyarakat akibat Farida hamil di luar nikah. Adapun dari Permana yang didalam cerita
itu sering melakukan suatu yang tindakan yang
berlebihan pada waktu marah dan ketika emosinya tidak terkendali.
Kenyatan itu juga dialami oleh Isteri Permana yaitu Saleha yang mendapat
tekanan dari suaminya sendiri akan tetapi karena kesabaran Saleha, Saleha pun
dapat mengatasi permasalahan-permasalahan keluarga apalagi ketika itu Saleha
tahu bahwa Permana Suaminya mengalami tekanan-tekanan itu ketika dia
dikeluarnya dari pekerjaannya.
Jika ditinjau dari unsur
Religi sastra di dalam kehidupan sosial maka terlihat kebimbangan akan kenyatan
yang dipilih dengan batinniah Farida yang rela mengorbankan Status keyakinan
beragamanya yang sewaktu didalam kandungan telah menyandang agama tersebut,
akan tetapi karena suatu kesalahan yang telah dia perbuat akhirnya merubah
suatu keyakinannya itu dan mengikuti kenyataannya yaitu berpindah agama menjadi
seorang yang beragama Katolik. Dari kedua pendekatan tersebut munculah
pendekatan moral yang berupa kesimpulan dari makna tersebut maksudnya dari
pendekatan ini kita harus mengerti bahwa setiap orang mempunyai suatu Hak-hak
dalam menjalani sesuatu dan melakukan sesuatu walaupun sebenarnya di dalam
hak-hak tersebut ada sebuah batasan-batasan berupa aturan yang semata-mata
memberikan suatu arahan. Akan tetapi, kebebasan akan hak itu dan aturan
tersebut harus lah di seimbangkan dan jangan satu dengan yang lain saling
mendahului, hal inilah yang dapat memberikan efek yang kurang baik, seperti di dalam
novel tersebut, menjelaskan bahwa suatu batasan-batasan yang berupa aturan yang
dibuat oleh permana kepada Isteri dan anak-anaknya, sehingga membatasi
orang-orang yang menjalaninya menjadi kurang dalam berkarya dan lebih-lebih
dapat memberikan efek buruk bagi orang-orang yang menjalaninya seperti yang
dialami tokoh dalam novel tersebut yaitu Ida. Ida mengalami suatu depresi dan
beban-beban di dalam batinnya dan akhirnya menyebakan kematian yang sangat trragis
menimpa dirinya.
Judul : Pengakuan Pariyem
Jenis Novel : Novel Literer
Pengarang : Linus Suryadi
Penerbit : Pustaka Pelajar
Yogyakarta
Tahun Terbit : 2002
A.
Sinopsis
Novel tersebut mengisahkan
tentang kehidupan seorang wanita berusia 25 tahun yang berasal dari desa yang
cukup tandus, tepatnya di desa Wonosari, Yogyakarta. Wanita tersebut bernama
lengkap Maria Magdalena Pariyem atau lebih dikenal Pariyem. Pariyem beragama
Khatolik. Ia lahir dari rahim seorang wanita sinden. Ayahnya adalah pemain
Ketoprak. Sebenarnya, masa kecil Pariyem cukup menyenangkan.
Namun, ketika dewasa ia
menjadi pembantu (babu) di rumah seorang priyayi keturunan ningrat bernama
Raden Tumenggung Cokro Sentono. Istrinya bernama Ndoro Ayu Cahya Wulaningsih.
Sepasang suami istri tersebut mempunyai dua orang anak. Anak sulungnya bernama
Den Bagus Ario Atmojo. Ia adalah seorang pemuda yang tampan dan tercatat
sebagai mahasiswa Filsafat Universitas Gajah Mada. Ia sangat terampil berpantun
Jawa. Sedangkan adiknya bernama Ndoro Putri Wiwit Setyowati. Ia berbeda dengan
wanita pada umumnya yang suka memperhatikan penampilan. Ia tidak suka
berpenampilan yang aneh-aneh, justru penampilannya sangat kacau. Namun,
meskipun demikian ia sangat luwes jika menari Jawa. Keluarga tersebut tinggal
di Ndalem Suryomentaraman Ngayogyakarta.
Pariyem begitu ikhlas dan nrimo dalam mengabdikan diri sebagai
babu di keluarga ningrat tersebut, sampai akhirnya ketika Den Bagus Ario Atmojo
menginginkan tubuh Pariyem pun Pariyem ikhlas memberikan mahkotanya hingga ia
mengandung anak dari Den Bagus Ario Atmojo. Anehnya, Pariyem tidak merasa
menyesal telah malakukan hubungan layaknya suami istri dengan putra dari
majikannya tersebut. Justru, Pariyem sangat menikmati hal tersebut. Kejadian
serupa juga pernah ia lakukan dengan teman laki-lakinya yang bernama Kliwon.
Begitu mudahnya Pariyem menyerahkan kesuciannya kepada laki-laki yang bukan
suaminya bahkan tidak hanya sekali.
Kehamilan Pariyem pada
akhirnya sampai ke telinga Ndoro Putri Wiwit Setyowati. Tanpa sepengetahuan
Pariyem, Ndoro Putri pun melaporkan hal tersebut ke orangtuanya. Lalu, keluarga
mereka mengambil keputusan melalui sidang keluarga. Setelah makan malam,
Pariyem dipanggil oleh Raden Tumenggung Cokro Sentono. Pariyem merasa sangat
khawatir da cemas. Ia takut jika majikannya tersebut marah besar dan akan
mengusirnya dari rumah. Akan tetapi, hal yang ditakutkan oleh Pariyem tidak
terjadi. Ia tidak diusir dari rumah majikannya tersebut. Ndoro Ayu Cahya
Wulaningsih memutuskan untuk memulangkan Pariyem dan mau mengakui janin yang
dikandung Pariyem adalah cucunya. Akan tetapi, ada syarat yang harus dipenuhi
Pariyem. Jika anaknya sudah berusia satu tahun, maka Pariyem harus kembali
bekerja sebagai babu. Pariyem menyanggupi persyaratan tersebut.
Ketika pulang ke kampungnya,
Pariyem diantarkan oleh Den Bagus Ario Atmojo. Keluarga ningrat tersebut juga
membiayai segala kebutuhan kelahiran dan biaya hidup anak Pariyem. Bahkan,
mereka juga menjenguk Pariyem setiap satu bulan sekali. Sembilan bulan
kemudian, Pariyem melahirkan bayi perempuan yang diberi nama Endang Sri
Setyaningsih. Nama tersebut adalah pemberian dari Ndoro Ayu Cahya Wulaningsih,
karena bayi tersebut sangat cantik.
Seperti yang telah dijanjikan
ketika Pariyem masih hamil, Pariyem pun kembali bekerja di Ndalem
Suryomentaraman sebagai babu setelah Endang berusia satu tahun.
B.
Gagasan
Menurut saya, novel tersebut mengandung
nilai-nilai budaya Jawa yang bisa ditiru. Tetapi di sisi lain ada nilai-nilai
yang menyimpang dari norma agama yang layak untuk ditiru. Nilai positif dari
novel tersebut adalah menggambarkan keikhlasan dalam menerima keadaan apapun
yang telah ditetapkan oleh Allah. Dalam bahasa Jawa, kita mengenal istilah ”Nrimo Ing Pandum”. Akan tetapi, disisi
lain ada nilai-nilai dari perilau tokoh yang sangat menyimpang dari ajaran
agama. Pariyem tidak mampu menjaga kodratnya sebagai wanita denan baik. Ia
justru melakukan perbuatan yang dilarang keras oleh agama. Bahkan, ia tidak
hanya sekali saja dalam berbuat zina. Ia melakukan hubungan intim layaknya
suami istri dengan dua orang. Yang pertama dengan Kliwon dan yang kedua dengan
Ario Atmaojo. Putra dari majikannya sendiri. Hal tersebut sudah sangat jelas
menggambarkan bahwa harga diri Pariyem telah hancur. Begitupun dengan Den Bagus
Ario Atmojo, sebagai seorang mahasiswa apalagi menyandang keturunan ningrat,
seharusnya ia mampu menjaga nilai-nilai luhur keluarganya. Ia telah mencoreng
nama besar keluarga ningrat akibat dari perbuatannya itu.
Judul : Canting
Jenis Novel : Novel Literer
Pengarang : Arswendo Atmowiloto
Penerbit : PT. Gramedia Pustaka Utama
Tahun Terbit : 1997
A. Sinopsis
Novel Canting tersebut mengisahkan tentang
Raden Ngabehi Setrokusumo, seorang pengusaha batik tradisional bermerk Canting
di kota Solo. Ia sangat mencintai gadis yang sangat sederhana, gadis itu
merupakan gadis desa yang ingin dinikahinya. Gadis tersebut bernama Tuginem. Tuginem
merupakan gadis biasa, dia bukan keturunan keraton. Tuginem hanya berprofesi
sebagai buruh pabrik tradisional batik milik Raden Ngabehi Setrokusumo.
Pernikahan antara antara keduanya mendapat banyak tentangan dari pihak keraton.
Keluarga Raden Ngabehi Setrokusumo tidak ada yang menyetujui pernikahan
tersebut. Akan tetapi, Raden Ngabehi Setrokusumo tetap berniat untuk
melangsungkan pernikahan karena ia sangat mencintai Tuginem. Akhirnya,
keluarga Raden Ngabehi Setrokusumo menyetujui permintaan itu walaupun terpaksa.
Rumah
tangga Raden Ngabehi Setrokusumo pun bahagia dan sangat tentram. Tuginem merasa
sangat bahagia atas anugerah yang diberikan oleh Tuhan. Tuginem selalu mengabdi
dan berbakti kepada suaminya dan berusaha membahagiakan suaminya. Tuginem atau
yang biasanya dipanggil dengan sebutan Bu Bei ini diam-diam membantu suaminya
memajukan usaha cantingnya. Usahanya pun menjadi maju dan didatangi banyak
pelanggan. Dengan kerja keras Bu Bei inilah, keenam ana-anaknya tumbuh menjadi
anak-anak yang sukses dan dapat membanggakan kedua orangtuanya.
Salah
satunya adalah Awala Wahyu Dewabrata. Ia berhasil menjadi seorang dokter.
Lintang Dewanti menjadi istri kolonel Batyu Dewasunu, ia menjadi seorang dokter
gigi. Ismaya menjadi seorang insyinyur. Wening Dewamurti menjadi seorang
dokter. Setelah keenam anaknya sukses, Bu Bei yang sudah tua tidak mampu lagi
mengelola usaha batik keluarganya. Kemampuannya untuk mengurusi para pedagang
di pasar Klewer Solo pun mulai menurun, padahal batik Canting mulai mendapat
banyak saingan berat dari produk pabrik modern.
Putri
bungsu Raden Ngabehi Setrokusumoyang bernama Subandini Dewaputri pun bertekad untuk mengambil alih usaha kedua
orangtuanya dan membangkitkannya kembali karena usaha tersebut mulai menurun.
Akan tetapi, niatnya ditentang oleh semua kakaknya sehingga terjadilah
perselisihan di antara mereka. Pertentangan tersebut kemudian dapat
diselesaikan oleh orangtuanya secara bijaksana. Setelah Subandini Dewaputri
mengambil alih usaha batik canting keluarga, tidak lama kemudian Bu Bei
meninggal dunia.
Subandini
berusaha keras untuk membangkitkan usaha batik keluarganya. Akhirnya, batik
canting bersaing dengan batik modern lainnya, akan tetapi batik canting kalah
dalam bersaing karena banyak pengusaha batik yang tidak kalah bagus sehingga
peminatnya pun banyak. Penjual batik canting semakin merosot. Akibat kemrosotan
tersebut, Subandini menjadi frustasi. Subandini jatuh sakit bahkan hampir
meninggal dunia. Ketika ia sakit, timbullah ide baru darinya. Ia memahami penyebab
usaha batiknya tidak mampu bersaing dengan produksi pabrik modern. Salah
satunya adalah masalah merk. Kemudian, merk batik yang dukunya canting kini
diganti dengan merk canting darsono. Dengan nama baru itulah, ia meneruskan
usaha batik tradisional milik keluarganya. Ia sangat optimis dan berusaha keras
demi memajukan usahanya.
Keputusan
perubahan merk pun ternyata sangat tepat. Usaha tersebut mampu bersaing di
pasaran. Subandini tidak menangani perusahaan batik Canting darsono seorang
diri. Ia dibantu oleh kakak-kakaknya. Peminat batik Canting darsono tidak hanya
berasal dari dalam negeri saja, tetapi mulai dilirik oleh turis asing dari luar
negeri. Mereka semua saling tolong-menolong dalam memajukan dan mengembangkan
usaha batik.
Tidak
lama kemudian, Subandini menikah dengan Hermawan. Hermawan merupakan pria yang
menunggu Subandini sejak Subandini menangani usaha batik milik keluarganya.
Pernikahan mereka berlangsung tepat pada peringatan seratus hari meninggalnya
Bu Bei.
B.
Gagasan
Novel
Canting tersebut merupakan salah satu novel yang mengandung nilai-nilai
kebudayaan yang dapat dijadikan bahan pembelajaran. Melalui membaca novel
tersebut, kita dapat memahami bagaimana kebudayaan Jawa. Hal tersebut dapat
dilihat dari perilaku etika bersosialisasi, berkomunikasi, bahkan
tingkatan-tingkatan sosial atau Strata
Social.
Disamping
itu, novel Canting juga menjelaskan tentang tinjauan feminisme yang tercermin
dalam karya sastra tersebut. novel ini mengisahkan status sosial seorang wanita
dalam keluarga dan masyarakat. novel ini mencerminkan adat jawa yang menjunjung
niali-nilai dalam lapisan masyrakat sehingga menimbulkan diskrimasi terhadap
golongan bawah atau pekerja buruh. Yang tercermin dalam novl tersebut adalah wanita bukanlah
siapa-siapa. Seorang wanita tugasnya hanya mengurus rumah tangga dan
anak-anaknya. Namun, dengan adanya pasar Klewer di kota Solo wanita pun
memiliki kebebasan untuk berkarya dan berkarir. Menurut para wanita, pasar
Klewer merupakan jatidiri mereka. Berkat jerih payah itulah, mereka dapat
menghidupi keluarganya walaupun bereka tidak melupakan kodratnya sebagai ibu
rumah tangga yang harus mengabdi pada suami dan mengurus anak. Seperti Bu Bei, walaupun ia sibuk berkarir
mengembangkan usaha batik, tetapi ia tetap mengurus suami dan anaknya hingga
anaknya menjadi anak-anak yang sukses.
Judul :
Khotbah Di Atas Bukit
Jenis Novel :
Novel Literer
Pengarang :
Kuntowijoyo
Penerbit :
PT. Gramedia Pustaka Utama
Tahun Terbit : 1997
A. Sinopsis
Barman merupakan seorang
pensiunan Pegawai Negeri. Ia adalah seorang pensiunan diplomat yang ditinggal
mati istrinya sejak Bobi masih kecil. Bobi adalah anak Barman. Bobi
menganjurkan agar Barman mengisi hari tuanya di sebuah vila di pegunungan. Awalnya, menantu dari Barman kurang setuju dengan
gagasan Bobi karena usia mertuanya itu sudah mulai lanjut. Akan tetapi, semua
itu tidak menjadi masalah serius bagi Barman. Menurutnya, udara di pegunungan tersebut lebih sejuk dan tenang tanpa
gangguan dari cucu-cucunya. Anaknya pun sudah menyanggupi akan mengutus seorang
wanita untuk mengurus Popi. Popi merupakan mantan wanita penghibur, namun dia
sangat telaten dalam mengurus Barman. Popi bersedia menjadi istri Barman dan
bersedia hidup jauh dari keramaian bersama suaminya yang sudah tua. Sejak
ditinggal istri pertamanya, Barman mersa kesepian namun sekarang ia
menghabiskan sisa hidupnya dengan wanita cantik dan menyenangkan. Wanita itu
adalah Popi.
Kedua pasangan tersebut sangat bahagia karena Popi
rela merawat dan mencintai Barman apa adanya padahal usia Barman jauh lebih tua
dari Popi. Barman pun sangat mencintai Popi walaupun Barman tahu bahwa Popi
adalah bekas kupu-kupu malam. Akan tetapi, bagi Barman Popi adalah sosok wanita
yang sangat telaten pandai dalam memasak. Mereka berdua pun melewati hari
dengan penuh canda tawa.
Suatu hari, Barman jalan-jalan di sekitar
pegunungan, ia bertemu dengan seorang lelaki tua. Lelaki itu adalah penjaa
bukit. Ia bernama Human. Human bermaksud utuk hidup menyepi. Ia sudah tak mau
tahu perkara duniawi. Human juga tidak ingin menjalin hubungan dengan
perempuan. Hal-hal yang menjadi tujuan Human tinggal di bukit tersebut sangat
berbeda dengan Barman. Barman masih terbelenggu berbagai kebutuhan fisik dan
psikis. Ia masih terbelenggu dengan perempuan, sedangkan Barman sangat terlihat
bebas berpikir dan berkeinginan sehingga ia merdeka dalam menjalani hidup.
Barman menganggap bahwa Human adalah lelaki yang
aneh sejak ia pertama kali berjumpa dengan Barman. Akan tetapi, justru Barman
pun mulai mempertanyakan keberadaan dirinya. Barman semakin terkejut saat ia
melihat Human meninggal dunia. Walaupun Human sebatang kara dalam sepi, namun
ia pergi dengan damai. Perjumpaan Human dengan Barman hingga Human meninggal
ternyata menimbulkan kesan yang begitu mendalam di hati Barman. Barman pun
mendadak merasa sangat bergantung pada Popi, istri mudanya. Pengalamannya
dengan Human masih terus hidup dalam benaknya. Ia ingin bebas dari sesuatu yang
menjadi miliknya.
Perubahan sikap Barman pun ternyata dirasakan oleh
Popi. Popi sangat mencemaskan perubahan-perubahan dari diri Barman. Ia merasa
bahwa perubahan sikap suaminya tersebut akan berakibat juga dalam kehidupannya.
Ia takut jika perubahan-perubahan tersebut akan menghancurkan kebahagiaan hidup
yang selama mereka rasakan. Ia membiarkan Barman untuk berbuat apapaun sesuai
keinginnya agar Barman merasa senang. Bahkan Popi ikhlas jika Barman
berkeinginan untuk mengikuti apa yang telah dilakukan Human.
Kini, Barman hidup dengan bebas. Barman merasa
sangat damai dengan cara melepaskan keinginan yang bersifat duniawi. Ia ingin
agar orang lain mengikuti jejak hidupnya sehingga akan menemukan kebahagiaan
seperti yang ia rasakan dan Human rasakan sewaktu masih hidup. Barman selalu
menginformasikan hal tersebut kepada orang lain. Lama-kelamaan, penduduk di
pegunungan datang silih berganti untuk meminta petunjuk kepada Barman. Semakin
banyak orang yang datang, Barman justru semakin bingung. Dalam kebingungannya
itu, ia berteriak dengan suara yang sangat menyayat hati. Seketika itu,
orang-orang mencari Barman. Namun, Barman justru ditemukan dalam keadaan tidak
bernyawa. Orang-orang pun membawa Barman ke Villa dan mengabarkan kepada Popi
bahwa suaminya telah meninggal dunia. Akan tetapi, Popi sudah tidak diketahui
lagi keberadaannya ketika terakhir ia menghilang bersama dengan sopir truk.
B.
Gagasan
Ada beberapa fenomena kejiwaan
yang tersirat dalam novel Khotbah di Atas Bukit tersebut. Fenomena kejiwaan
tersebut tersirat dalam kehidupan tokoh Barman. Dia adalah seorang pensiunan
diplomat yang ditinggal mati oleh istrinya sejak Bobi (anak Barman) sejak masih
kecil. Pada suatu hari, Bobi menyuruh ayahnya untuk menghabiskan masa tuanya di
sebuah bukit di pegunungan. Di sana, Barman ditemani oleh istri mudanya yang
bernama Popi. Di bukit itu pula lah ia menghaiskan waktunya dengan bahagia. Pada
suatu hari, Barman bertemu dengan seorang laki-laki tua bernama Human. Human
mengajarkan banyak hal pada Barman. Barman pun sering menghaiskan waktunya
dengan Human. Barman ingin hidup bahagia, tenang, damai, bebas seperti Human.
Tak lama kemudian Barman mempunyai bayak pengikut yang ingin hidup bahagia. Barman
mengajak para pengikutnya ke atas bukit. Disana dia berbicara pada para
pengikutnya bahwa “hidup ini tak berharga untuk dilanjutkan”. Setelah itu
Barman meninggal dan kematian itu mereka anggap sebagai pembebasan yang
sempurna.
Novel tersebut juga membahas
masalah gender. Terbukti degan hadirnya tokoh popi yang memiliki masa lalu
sebagai wanita tuna susila namun pada akhirnya mengabdikan hidupnya untuk
mengurus Barman, akan tetapi ketika ditinggal pergi Barman ia pun kembali ke
masa lalunya.
Bobi juga merupakan salah satu
tokoh dalam novel tersebut. Bobi merupakan anak Barman. Ia sangat berbakti dan
menyayangi ayahanya. Apapun yang ayahnya inginkan selalu ia turuti. Bobi ingin
membalas kebaikan ayahnya. Ia ingin agar ayahnya menghabiskan masa tuanya penuh
denga kebahagiaan dan ketenangan.
Judul : Saman
Jenis Novel : Novel Literer
Pengarang : Ayu Utami
Tahun Terbit : 1998
Penerbit : PT. Gramedia
Pustaka Utama
A.
Sinopsis
Novel ini mengisahka tentang Laila dan Sihar
Situmorang yang bertemu pertama kali di perusahaan tambang minyak. Keduanya
tengah merasakan benih-benih cinta karena seringnya pertemuan di antara mereka
berdua. Rasa cinta di antara mereka pun tumbuh subur semenjak terjadinya
musibah meledaknya katup peredam ledak di mulut sumur di bawah platform. Suatu
ketika, Sihar bertekad akan balas dendam kepada Rasono akan tetapi Laila
menyarankan agar Sihar tidak melakukan balas dendam terhadap Rasono. Akan
tetapi, Laila berpendapat bahwa sebaiknya Rasono dibawa ke pengadilan
saja karena kelalaian Rasono tersebut telah menyebabkan kematian. Hal tersebut
termasuk pidana.
Laila dan sihar kemudian
pergi ke Palembang menemui Saman. Saman adalah seorang pengacara. Kisah cinta
antara Laila dan Sihar pun semakin terjalin lebih mendalam. Sebagai bukti cinta
mereka, Laila rela menyerahkan mahkota keprawanananya. Wisanggeni adalah anak
laki-laki tunggal yang selamat dari kandungan. Ibu kandungnya bernama Raden
Ayu. Ia adalah wanita yang misterius tetapi memiliki sifat penyayang. Ayahnya
bernama Sudoyo. Ia merupakan anak mantra kesehatan. Ia bekerja sebagai pegawai
BRI di Yogyakarta sejak masih kuliah di UGM jurusan Ekonomi. Saat berusia empat
tahun, Wisanggeni dan orangtuanya pindah ke Prabumulih.
Wisangeni sering
merasakan kejadian aneh. Kejadian tersebut ia rasakan sejak masih SD. Ketika
bayi yang ada di dalam kandungan ibunya menghilang dan ia sering mendengar suara
tangisan bayi di kamarnya. Wisanggeni sangat yakin bahwa tangisan tersbut
adalah tangisan adiknya, namun ia tidak dapat melihatnya. Ketika beranjak
dewasa, wisanggeni tumbuh menjadi sosok pastur muda yang ramah, pandai, dan
suka menolong.
Pada suatu malam, dia
menolong seorang gadis yang bernama Upi. Upi jatuh ke sumur. Ia mengalami
gangguan jiwa. Wisanggeni pun mencari dokter agar mengobati Upi. Suatu hari,
terjadi malapetaka yang menimpa wisanggeni karena memprovokasi warga untuk
berdemonstrasi. Suatu hari mobil rumah sakit membawa Wisanggeni pergi ke tempat
yang aman. Pastor Anthonius mendengar bahwa Wisanggeni menghilang dan sebagian
mengira bahwa dia mati disekap pabrik. Ia berganti nama Saman setelah masalah
selesai kira-kira dua tahun.
Laila semakin merindukan
Sihar. Laila menyuruh Cok untuk menelpon pihak hotel dimana Sihar dan istrinya
menginap. Cok adalah teman Laila yang pandai menirukan suara baik suara pria
maupun wanita. Sejak sekolah dulu, Yasmin dan Saman adalah teman akrab. Mereka
sering mengirim kabar melalui email ketika berada di New York. Setelah dua
minggu, Saman tidak ada kabar beritanya. Yasmin sangat mencemaskan Saman. Ia
takut jika Saman tertangkap atau kapalnya tenggelam. Sebenarnya Yasmin sudah
memiliki suami yang bernama Lukas. Yasmin sangat menginginkan bayi, sedangkan
Saman ingin melakukan hubungan intim layaknya suami istri dengan Yasmin. Saman
ingin menggauli tubuh Yasmin sepuas-puasnya.
B. Gagasan
Novel
yang berjudul ”Saman” mengandung
berbagai nilai yang dapat di ambil, salah satunya dari segi penokohan,
Nilai moral, nilai Sosial yang secara eksplisit kita dapat menjumpai pada
setiap cerita. Dari segi penokohan kita dapat mempelajari karakteristik tokoh
yang diperankan dalam novel ini, sehingga dari apa yang didapat memberikan
suatu pelajaran. Dari segi Moral dalam novel tersebut menceritakan perseteruan
antara seorang kekasih dalam berhubungan yang tidak selayaknaya dilakuakan oleh
sepasang kekasih yang belum mempunyai hubungan atau sebuah ikatan resmi. Novel
ini mendeskripsikan pada ketiga tokoh wanita yaitu Laila, Yasmin dan Shakantala
yang rela menyerahkan keperawanannya kepada orang yang belum mempunyai ikatan
resmi dengannya, walaupun sebenarnya kedua-duanya saling mencintai, begitu juga
hubungan antara Saman dan Yasmin walaupun sebenarnya Yasmin sudah menikah akan
tetapi mereka seolah melupakan apa yang telah ditetapkan. Dari segi sosial kita
dapat melihat adanya suatu hubungan yang terlarang dalam sebuah pergaulan yang
semestinya tidak layak dilakukan. Dalam perspektif feminisme menilai bahwa
adanya suatu upaya dalam mengangkat harkat dan martabat kaum perempuan dari
karya sastra itu sendiri.
Ketika mengkaji novel tersebut dengan
menggunakan perspektif feminisme banyak yang tidak relevan dengan cerita yang
terdapat dalam novel tersebut yang lebih menonjolkan dalam tokoh-tokoh wanita
yang secara eksplisit melecehkan kaumnya sendiri, salah satu contoh bentuk yang
semestinya tidak dilakukannya adalah mereka melakukan seks dengan pasangan yang
bukan resminya, mereka semata-mata hanya mendaya gunakan bahwa yang mereka
lakukan hanyalah sebuah ”Cinta dan Sayang”
akan tetapi di balik semua itu mereka hanya menginginkan sebuah kepuasan
yang sesaat yaitu berupa nafsunya belaka. Demi untuk memenuhi suatu kepuasan
biologis dia rela menyerahkan sebuah keperawanan yang sanagt berharga yang dia
miliki yang suatu saat keperawanan itu akan diberikan kepada suaminya akan
tetapi mereka melecehkan harga diri kaum wanita dengan memudahakan kesucian
yang dia miliki di berikan kepada pasangan yang bukan resminya. Di dalam
tinjauan agama jelaslah bahwa semua perbuatan itu adalah perbuatan maksiat yang
haram dilakukan oleh manusia. Adapun seperti surat Al-Isra ayat 32: Janganlah
kamu mendekati zina sesungguhnya zina itu adalah perbuatan keji dan munkar .
Judul : Laskar
Pelangi
Jenis Novel : Novel Literer
Pengarang : Andrea Hirata
Tahun Terbit : 2005
Penerbit : Bentang
A.
Sinopsis
Novel
ini mengisahkan tentang SD Muhammadiyah di Belitung. Bangunan SD tersebut sudah
miring dan hampir roboh. Bahkan. Kepala sekolahnya bernama K.A. Harfan Efendi
Nur atau lebih dikenal dengan sapaan Pak Harfan. Pak Harfan dan ada wanita muda
berjilbab yang bernama Ibu Muslimah Hafsari atau yang lebih dikenal dengan
sapaan Bu Mus. Bu Mus adalah guru di SD tersebut.
Pak
harfan dan Bu Mus yang sederhana dan
lembut ini berada pada situasi yang sangat genting karena pengawas sekolah dari
Depdikbud Sumatera Selatan akan menutup SD Muhammadiyah Belitung jika tidak
berhasil mendapatkan sepuluh murid. Tahun lalu, SD Muhammadiyah Belitung
tersebut hanya mendapatkan sebelas siswa. Pak Harfan sangat pesimis akan mampu
memenuhi target sepuluh murid pada tahun ini karena baru mendapatkan Sembilan
murid. Di antaranya adalah Ikal, Lintang, Sahara, A Kiong, Kucai, Syahdan, Borek,
dan Trapani. Bu Mus dan Pak Harfan memberitahu kepada Sembilan murid dan
orangtua murid tersebut bahwa akan menunggu sampai jam sebelas. Semuanya pun
pasrah. Orangtua menganggap bahwa kekurangan satu murid berarti pertanda bahwa
lebih baik anak-anak mereka didaftarkan pada juragan saja. Sementara kesembilan
murid tersebut sangat sedih, bahkan Sahara menangis terisak. Mereka ingin
memakai sepatu, kaus kaki, jilbab, mempunyai buku-buku untuk belajar, dan
memakai tas punggung yang semuanya serba baru.
Di tengah-tengah
kecemasan dan keputusaan, tiba-tiba Trifani berteriak memanggil nama Harun.
Semuanya pun terkejut. Harun adalah laki-laki yang mengalamai keterbelakangan
mental. Harun ingin sekolah di SD Muhammadiyah, karena jika dia sekolah di SLB
maka yang ada hanya di pulau Bangka. Lebih baik Harun dititipkan di SD tersebut
daripada di rumah hanya mengejarkan ayam. Bu Mus dan Pak Harun serta yang
lainnya pun merasa sangat lega karena genap mendapatkan sepuluh murid, itu
artinya SD Muhammadiyah tidak jadi ditutup.
Setelah
itu, Bu Mus pun membagi tempat duduk muri-murid barunya itu. Pembagian tempat
duduk tersebut didasarkan pada kemiripannya. Banyak sekali kekonyolan-konyolan
yang terjadi di antara mereka. Seperti pada saat A kiong yang nyengir saat
ditanya perihal siapa namanya, kemudian protes yang dilakukan Kucai sewaktu
pembagian ketua kelas, dan lain-lain. Keseruan yang menghiasai kehidupan para
sahabat itulah yang menjadi lata belakang penamaan Laskar Pelangi bagi diri
mereka. Bagi kawanan Laskar Pelangi tersebut, Bu Mus adalah sosok guru yang
baik, sabar, lembut dan menyenangkan.
Salah
satu murid SD Muhammadiyah yang bernama Ikal ternyata sedang kasmaran dengan
anak pemilik toko yang bernama A Ling. Kejadian itu bermula ketika Bu Mus
menyuruh Ikal untuk membeli kapur di toko milik keluarga A Ling. Cinta Ikal
berawal dari keindahan kuku yang dimiliki oleh A Ling. Mahar yang memiliki
bakat terpendam ternyata memiliki ide untuk menggelar perlombaan semacam
karnaval. Para lascar pelangi pun ikut memriahkan lomba tersebut dan mereka
menari seperti orang kesetanan. Hal tersebut diakibatkan karena kalung yang
dipakai oleh lascar pelangi adalah kalung yang berasal dari buah langka yang
menyebabkan mereka gatal-gatal. Namun, hal itu justru berhasil membuat para lascar
pelangi memenangkan perlombaan.
Peristiwa-peristiwa
yang terjadi di antara lascar pengi pun tidak selamanya berjalan mulus. Hal
tersebut berawal ketika SD Muhammadiyah kedatangan murid baru yang bernama Flo.
Ia pindahan dari SD PN. Ia membawa pengaruh buruk bagi murid-murid lama,
terutama Mahar. Sebab, Mahar adalah anak yang duduk sebnagku dengannya. Bu mus
sangat kecewa karena nilai Mahar menjadi jelek.
Lintang
adalah salah satu anggota laskar pelangi yang tergolong cerdas. Lintang
merupakan murid yang pengorbanannya paling besar, yaitu rela menempuh 80
kilometer demi bersekolah di SD Muhammadiyah. Kecerdasaan Lintang terbukti
ketika Lintang, Ikal, dan Sahara mengikuti lomba cerdas cermat dan berhasil
mengalahkan Drs. Zulfikar, seorang guru dari PN.
Peristiwa
pilu terjadi ketika Lintang kehilangan ayahnya. Beberapa hari setelah
perlombaan, ayah Lintang meninggal dunia. Lintang tidak pernah masuk sekolah
lagi. Ia mengirim surat kepada Bu Mus bahwa ia tidak dapat sekolah lagi karena
ayahnya meninggal dunia. Bu Mus dan anggota Laskar Pelangi sangat sedih
mendengar kabar tersebut. mereka harus berpisah dengan Lintang si anak jenius.
Ketulusan
yang diberikan Bu Mus menjadi jalan menuju kesuksesan. Ikal berhasil bersekolah
di paris, sementara Mahar dan kawan-kawannya membanggakan kota Belitung. Banyak
pengalaman yang terjadi di SD Muhammadiyah tersebut.
B.
Gagasan
Novel
Laskar Pelangi tersebut menggambarkan sebuah persahabatan di SD Muhammadiyah
Belitung dan ketulusan pengabdian seorang guru yang bernama Bu Mus. Kehidupan
sosial di antara mereka pun terjalin sangat harmonis, termasuk hubungannya
dengan Harun. Meskipun Harun mengalami keterbelakangan mental, namun murid lain
pun tetap menyanyangi Harun. Novel tersebut mengandung nilai-nilai yang patut
dicontoh, seperti perjuangan Lintang yang tetap semangat untuk bersekolah
meskipun harus menempuh jarak 80 kilometer. Bahkan Lintang tergolong murid yang
jenius. Kejeniusannya tersebut dibuktikan dengan kemenangannya saat lomba
cerdas cermat. Ia, Ikal, dan Sahara berhasil mengalahkan Drs. Zulfikar seorang
guru yang kaya dan berijazah. Melalui tokoh-tokoh inilah, kita dapat mengambil
pelajaran yang sangat berharga, bahwa bukan fasilitas yang lengkap dan
menunjang serta sekolah yang mewah yang mampu membawa muridnya menuju
kesuksesan, akan tetapi kerja kerasa dalam menggapai mimpi itulah yang membawa
seseorang menuju kesuksesan.
Ketulusan
Bu Mus berhasil mengantarkan anak-anak laskar pelangi menjai orang yang sukses
dan membanggakan kota Belitung.
Judul : Pudarnya
Pesona Cleopatra
Jenis Novel : Novel Populer
Pengarang : Habiburrahman
El Shirazy
Penerbit : Republika
Tahun Terbit : 2006
A.
Sinopsis
Novel
ini mengisahkan tentang tokoh “Aku” yang
merasa syok, kecewa, dan tidak menyangka bahwa sejak di dalam kandungan ia
sudah dijodohkan oleh wanita pilihan ibunya yang bernama Raihana. Raihana
adalah putri dari teman ibunya sewaktu masih nyantri di Mangkuyudan, Solo.
“Aku” tidak pernah megenal Raihana sebelumnya sehingga “Aku” merasa sangat
mustahil jika harus menjalani bahtera rumah tangga dengan wanita tersebut.
“Aku” memiliki adik perempuan yang bernama Aida. Aida selalu mengunggul-unggulkan
Raihana dalam segala hal. Aida menjelaskan panjang lebar mengenai Raihana,
menurut Aida, wanita yang akan dijodohkan untuk kakaknya tersebut sangat cantik
dan memiliki wajah baby face sehingga
membuat wajahnya nampak enam tahun lebih muda. Raihana juga seorang wanita yang
hafal Al-Qur’an. Akan tetapi, “Aku” sama sekali tidak tertarik dengan wanita
yang telah dijodohkan untuknya tersebut. Kecantikan Raihana bahkan diacungi
jempol oleh tante Lia seorang pemilik salon kosmetik terkemuka yang memiliki
selera sangat tinggi.
Kecantikan
yang dipancarkan oleh Raihana tidak mampu membuat “Aku” jatuh cinta kepadanya.
Ia masih terobsesi oleh gadis mesir yang memiliki kecantikan yang sangat
memukau. Menurutnya, citra gadis Mesir adalah titisan Cleopatra yang tinggi
semampai, hidungnya melengkung, matanya bulat khas Arab dan wajahnya putih.
Itulah kriteria gadis yang diinginkan oleh “Aku” yang pantas menjadi istrinya.
Setelah
dipikirkan secara bulat dan matang, akhirnya “Aku” mengiyakan untuk menikahi Raihana.
Hal itu semata-mata hanya untuk membahagiakan ibunya. Ia tidak ingin ibunya
kecewa. Menjelang akad nikah, “Aku” berusaha menumbuhkan bibit-bibit cinta
untuk Raihana namun gagal. Saat hari pernikahan tiba, “Aku” merasa seperti
tawanan yang hendak digantung. Lantunan sholawat nabi di acara sakral tersebut
seolah menyayat hati “Aku”. Setelah keduanya resmi menikah, “Aku” memang
memuliakan Raihana sebagai istrinya namun hal itu dilakukan bukan atas dasar
cinta.
Dua
bulan setelah menikah, “Aku” dan Raihana pindah ke rumah kontrakan di kota
Malang. Hari-harinya terasa semakin berat karena menikah tanpa cinta. Empat
bulan setelah menikah, sikap “Aku” menjadi dingin, acuh, cuek dan acuh terhadap
Raihana. Bahkan mereka tidak lagi tidur satu ranjang. Perubahan-perubahan yang
terlihat dari “Aku” membuat Raihana memberanikan diri untuk menanyakan apa yang
sebenarnya. Saat “Aku” memanggil Raihana dengan sebutan “mbak” Raihana menangis
terisak-isak dan memeluk kaki suaminya tersebut. Raihana memohon agar “Aku” tidak
menceraikannya karena baginya menikah adalah satu kali seumur hidup. Perceraian
adalah neraka. Namun, “Aku” tidak merasa iba sama sekali. mungkin hatinya sudah
benar-benar mati.
Semakin
lama suasana semakin asing. Mereka seperti tidak saling kenal. Akan tetapi,
Raihana tetap setia dan melayani “Aku” dengan baik. Seperti saat “Aku”
kehujunan dan jatuh sakit, Raihana tetap merawatnya. Saat tidur, “Aku” bermimpi
bertemu dengan Mona Zaki gadis Mesir sang Cleopatra. Di tengah-tengah mimpinya
yang indah itu, Raihana membangunkannya karena belum sholat Isya. “Aku” merasa
sangat jengkel.
Suatu
hari, Raihana dan “Aku” menghadiri acara aqiqahan putra ketiga Yu Fatimah. Yu
Fatimah adalah kakak Raihana. Orangtua mereka menyindir mengenai keturunan.
Sejak saat itu, “Aku” mulai lembut dan mesra kepada Raihan hingga Raihana
hamil. saat Raihana Hamil, ia ikut dengan ibunya. Suatu hari, “Aku” bertemu
dengan Pak Qalyubi. Pak Qalyubi menceritakan pengalaman pahitnya karena menikah
dengan gadis Mesir yang bernama Yasmin. Menurut pak Qalyubi, gadis Mesir memang
cantik namun sangat matrealis. Saat usaha pak Qalyubi bangkrut, Yasmin
meninggalkan pak Qakyubi begitu saja dan mengatakan bahwa ia sangat menyesal
menikah dengan orang Indonesia yang tidak sekaya orang Mesir. Perkataan
tersebut membuat pak Qalyubi bagai tersambar geledek. Baginya orang Indonesia,
terlebih orang Jawa sangat berbeda dengan gadis Mesir. Ia berkata bahwa “Aku”
sangat beruntung memiliki istri orang Jawa. Hal tersebut membuat hati “Aku”
luluh. Ia cepat-cepat ingin pulang dan bertemu dengan Raihana. Ia membawakan
Raihana baju muslimah. Sebelum menyusul Raihana ke rumah ibunya, ia mampir ke
kontrakan. Di sana ia menemukan tulisan-tulisan Raihana yang membuatnya
menangis dan menyesal. Ia semakin tak sabar ingin bertemu Raihana.
Sesampai
di rumah ibunya, “Aku” benar-benar lemas karena mendengar berita bahwa Raihana
jatuh di kamar mandi sehingga ia dan anak yang dikandungnya meninggal seminggu
yang lalu. Keluarga tidak bisa menghubungi “Aku” karena sedang pelatihan di
Jawa Barat. Sebelum meninggal, Raihana berpesan agar ibunya menyampaikan
permintaan maaf Raihana untuk “aku”. tiba-tiba semuanya menjadi gelap.
B.
Gagasan
Di
satu sisi, Tokoh “Aku” dalam novel tersebut adalah seorang anak yang
hormat, patuh, dan berbakti pada ibunya
sehingga ia bersedia menikahi wanita yang tidak ia cintai. Namun di sisi lain,
ia bukanlah sosok suami yang baik. Ia sangat acuh terhadap istrinya. Padahal,
istrinya sangat lembut dan setia melayaninya kapanpun. Sikapnya yang congkak tersebut
membuat istrinya sangat sedih. Tokoh “Aku” terlalu mendambakan gadis Mesir yang
memiliki pesona seperti Ratu Cleopatra.
Tokoh
Aku mengalami konflik batin yang sangat dahsyat. Batinya sakit, kacau, kecewa
karena harus menjalani bahtera rumah tangga dengan seorang wanita yang tidak
dicintainya. Pada akhirnya, ia menjadi sadar ketika Pak Qalyubi menceritakan
pengalaman pahitnya karena menikahi gadis Mesir. seketika itu, tokoh “Aku”
langsung cepat-cepat menemui Raihana di rumah ibunya.
Lagi-lagi
batinnya berkecamuk, ia menangis, hatinya sangat sedih dan menyesal saat
membaca surat-surat Raihana. Tentang kepedihan dan kesedihan Raihana.
Puncaknya, batinnya semakin sedih dan sakit hingga semuanya terasa gelap saat
mengetahui Raihana dan calon anak mereka telah meninggal karena jatuh dari
kamar mandi saat tokoh “Aku” sedang pelatihan di Jawa Barat.
Salah
satu pelajaran yang dapat diambil dari novel tersebut adalah janganlah mencari
kesempurnaan hidup. Karena di dunia ini tidak ada yang sempurna. Kita juga
harus menerima dengan ikhlas terhadap apa yang kita peroleh walaupun tidak
sesuai dengan keinginan kita. Karena Allah memberikan apa yang kita butuhkan,
bukan apa yang kita inginkan.
“Cinta
tidak menyadari kedalamannya sampai ada saat perpisahan” kata mutiara dari
Kahlil Gibran itulah yang menggambarkan bagaimana cerita yang tercermin dalam
novel “Pudarnya Pesona Cleopatra” karya Habiburrahaman El Shirazy tersebut.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar