Sabtu, 15 Agustus 2015

Sinopsis Novel Literer



Sinopsis 10 Novel
Disusun Untuk Memenuhi Tugas Pengkajian Fiksi
Pengampu: Dr. Ali Imron Al Ma’ruf, M.Hum.



 











Disusun Oleh:
 Norma Tri Wibawati                       (A.310110017/ IV A)




Program Studi Bahasa Sastra Indonesia dan Daerah
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Muhammadiyah Surakarta
2013
Judul              : Para Priyayi
Pengarang      : Umar Kayam
Jenis Novel     : Novel Literer
Penerbit          : Grafiti
Tahun Terbit : 1996

A.    Sinopsis
Wage adalah seorang anak penjual tempe di desa Wanalawas. Sejak di dalam kandungan, ia telah menjadi anak yatim. Ayahnya adalah seorang perampok yang entah kemana perginya. Kehidupan desa Wanalawas diliputi oleh kemiskinan. Keadaan tersebut menyebabkan wage memiliki kepribadian yang lugu dan penurut.
Ketika wage berusia enam tahun, ibunya menyerahkan Wage kepada keluarga Sastrodarsono yang tinggal di jalan Setenon di kota Wonogalih. Keluarga Sastrodarsono adalah keluarga priyayi. Sastrodarsono adalah seorang guru. Semenjak tinggal di sana, Wage mengalami kenaikan status sebagai keluarga Priyayi. Wage merupakan anak yang rajin, pintar dan tekun dalam belajar. Keluarga Sastrodarsono selalu memperlakukan Wage dengan sangat baik walaupun Wage hanya sebatas anak titipan. Nama Wage juga diganti menjadi Lantip oleh keluarga Sastrodarsono karena nama tersebut dipandang lebih bermakna dan lebih pantas untuk hidup di lingkungan para Priyayi. Lantip banyak merasakan peristiwa suka dan duka di kelarga Sastrowardoyo. Salah satunya adalah dimulai dari kenyataan pahit di saat ibunya meninggal dunia karena keracunan jamur. Saat ibunya meninggal dunia, Lantip masih kelas lima. Pak Dukuh memberi tahu Lantip bahwa ibunya meninggal, kemudian gurunya mengantarkan Lantip pulang ke Wanalawas dengan mengendarai sepeda. Gurunya tak henti-hentinya menghibur Lantip ketika di perjalanan. Sesampainya di Wanawalas, tetangganya juga mendekap tubuh Lantip dan memberi nasihat agar Lantip tabah dalam menghadapi cobaan. Setelah itu, Lantip disuruh menginap di rumah gurunya selama tiga hari, baru stelah itu Lantip akan di pulangkan ke keluarga Sastrodarsono.
Lantip sangat bahagia hidup bersama keluarga Sastrodarsono karena keluarga tersebut dikenal dengan keluarga yang saling menghormati. Keluarga Sastrodarsono merupakan keluarga pertama yang menjadi priyayi bersama Ngaisah, istrinya. Sastrodarsono dan Ngaisah dikaruniai tiga orang anak, dua laki-laki dan satu perempuan. Anak sulungnya bernama Nugroho. Ia dikenal sebagai anak yang patuh terhadap orangtua. Dari segi pendidikan, Nugroho pun telah menyelasikan sekolah dan menjadi guru sekolah dasar untuk anak-anak priyayi di Yogyakarta.
Nugroho memiliki seorang istri bernama Sus. Mereka berdua dikaruniai dua anak yang bernama Tammi dan Marrie. Masa kekuasaan Jepang merubah garis hidup Nugroho. Nugroho kemudian di angkat menjadi opsir tentara Republik yang ikut andil dalam peperangan secara langsung. Pada masa itulah, nasib tragis melingkupi  Nugroho karena anak pertama dan anak perempuannya dihamili oleh Marijan, beruntung Marijan bersedia untuk bertanggungjawab.
Anak kedua Sastrodarsono bernama Hardojo. Ia juga berhasil menyelasikan sekolah dan kini menjadi abdi dalem Mangunegaran di kota Solo. Ia juga bekerja di bagian pendidikan orang dewasa dan gerakan pemuda berpangkat wedana. Ia kemudian menikah dengan Sumarti, yang tidak lain adalah anak didiknya sendiri. Keduanya kemudian di karuniai seorang anak bernama Harimurti. Anak ketiga Sastrodarsono bernama Soemini seperti halnya dengan yang lain dia pun menyelesaikan sekolahnya dan menjadi guru dan ia menikah dengan Raden Harjono Cokrokusuma yang menjadi asisten wedana di Karangkelo. Sastrodarsono merawat anak-anaknya dan sebagai seorang priyayi, ia juga merawat anak-anak dari saudaranya.
Sebagai anak titipan, Lantip terkadang merasa diremehkan oleh anak-anak Sastrodarsono. Anak pertama Sastrodarsono, yaitu Nugroho sering memberikan kesan negatif kepada Lantip. Namun, seiring berjalannya waktu Nugroho pun terkesima dengan Lantip karena lantip dapat menyelasaikan permasalahan-permasalahan di keluarganya.
Suatu hari, datanglah kabar mengejutkan dari sebuah telegram yang menyatakan bahwa mbah putri, ibu Ngaisah yang tidak lain adalah istri dari Sastrodarsono meninggal dunia karena menderita liver. Seluruh keluarga pun menjadi sangat terpukul. Jenazah ibu Ngaisah kemudian dimakamkan di Malawas. Ketika memakamkan mbah putri, Nugroho meminta lantip untuk pidato. Akhirnya Lantip menerima tawaran tersebut. Setelah upacara pemakaman selesai, mereka kembali ke Wonogalih. Setelah sampai di rumah, mereka membahas tentang pidato Lantip, ternyata Nugroho tidak memahami makna pidato Lantip. Akhirnya Lantip minta maaf dan kembali mengunjuni makam mbah putri.

B.     Gagasan
Apabila Ditnjau dari pendekatan Psikologi Sastra, novel  “Para Priyayi” tersebut menggambarkan berbagai beban  psikis yang dialami oleh Wage yang merupakan tokoh utama dari novel tersebut. novel tersebut menceritakan perjuangan Wage untuk menjawab tantangan kehidupan tanpa mendapatkan kasih sayang dari orangtuanya. Saat Wage di dalam kandungan, Wage telah ditinggal oleh ayahnya yang diduga seorang perampok. Di usianya yang baru enam tahun, dia dititipkan kepada seorang Priyayi dan harus pisah oleh ibunya. Secara sosial Wage mengalami kenaikan derajat dalam hidupnya karena ia telah diasuh oleh keluarga Priyayi dan namanya kemudian diganti menjadi Lantip. Akan tetapi, secara emosional Lantip masih menyimpan beban batin karena kurangnya kasih sayang serta perhatian yang seharusnya ia dapatkan dari orangtuanya.
Sedangkan jika ditinjau dari pendekatan Strata Social and Culture, novel Para Priyayi ini menggambarkan adanya kesenjangan sosial. Kesenjangan sosial yang dimaksud adalah kesenjangan antara keluarga Priyayi dengan keluarga yang ukan dari kalangan Priyayi atau rakyat biasa. Sehingga novel ini menggambarkan secara jelas adanya kedudukan sosial dalam kebudayaan masyarakat tersebut. Derajat seorang Priyayi jauh lebuh tinggi tingkatannya dibandingkan rakyat biasa sehingga menimbulkan suatu diskriminasi dan memberikan batasan pada hak serta martabat manusia sebagai makhluk sosial.



























Judul              : Ronggeng Dukuh Paruk
Jenis Novel     : Novel Literer
Pengarang      : Ahmad Tohari
Penerbit          : PT. Gramedia Pustaka Utama
Tahun Terbit : 1981

A.    Sinopsis
Novel Ronggeng Dukuh Paruk tersebut menceritakan tentang kisah seorang gadis yatim piatu bernama Srintil. Usia Srintil baru sebelas tahun. Di usia itu, Srintil sudah ditetapkan menjadi ronggeng. Ia menjadi ronggeng di desanya yang terletak di dukuh Paruk. Dukuh Paruk merupakan suatu tempat yang letaknya di daerah Jawa. Warga dukuh Paruk menyambut kabar tentang diangkatnya Srintil menjadi ronggeng dengan penuh suka cita. Menurut warga setempat, citra Srintil sebagai ronggeng akan dikenal banyak orang dan akan selalu menggema. Dukuh yang terkenal itu akan kembali dihadiri oleh tamu-tamu dari berbagai penjuru desa, sehingga dukuh Paruk akan kembali ramai. Uang-uang akan bertebaran di atas panggung.
Terpilihnya Srintil menjadi ronggeng di dukuh Paruk pun mengundang kebahagiaan dan kekecewaan dari berbagai pihak. Orang yang paling bahagia atas hal tersebut adalah kakek dan nenek srintil, Sakarya dan istrinya. Mereka merasa usaha mereka dalam mengasuh dan mendidik Srintil sejak kedua orangtuanya meninggal dunia tidak sia-sia. Srintil pun sudah mendapat restu dari ronggeng keramat Ki Secamenggala. Akan tetapi, orang yang paling kecewa dan sedih atas terpilihnya Srintil menjadi ronggeng adalah Rasus, yang tidak lain merupakan kekasih Srintil. Dia harus dapat menerima kenyataan pahit bahwa Srintil telah menjadi ronggeng. Jika Srintil menjadi ronggeng, maka Srintil bukanlah miliknya sendiri tetapi milik semua orang. Siapapun boleh memiliki dan menikmati keindahan tubuh Srintil. Semua laki-laki memiliki kebebasan untuk meniduri Srintil, karena hal tersebut sudah menjadi tradisi dukuh Paruk sejak dahulu. Salah satu syarat untuk menjadi ronggeng aalah harus bersedia menyerahkan keprawanan kepada orang lain. Hal itu sudah ditentukan oleh orang yang sangat berpengaruh di dukuh Paruk, yaitu Ki Kartareja.
Rasus telah menduga bahwa pemuda yang akan mendapatkan kesucian Srintil adalah Dower dan Sulam. Kedua pemuda itu sangat licik. Masing-masing dari mereka menyerahkan harta benda kepada Ki Kartareja demi mendapat jatah pertama meniduri Srintil. Dower menyerahkan seekor kerbau dan uang perak sedangkan Sulam mempersembahkan seringgit uang emas kepada Dukun Ronggeng Dukuh Paruk, yaitu Ki Kartareja.
Ada beberapa syarat yang harus dipenuhi Srintil untuk menjadi ronggeng. Syarat itu berupa ritual-ritual yang harus dijalani Srintil. Pada suatu malam, Rasus secara diam-diam mengikuti ritual yang dilakukan Srintil. Tak seorangpun tahu bahwa Rasus diam-diam mengikuti. Ritual yang pertama, Srintil dibawa ke makam Ki Secamenggala. Di depan makam tersebut, Srintil dimandikan. Tahap selanjutnya yaitu menjadi kelambu. Maksudnya, pada malam itu juga Srintil harus menyerahkan keperawanannya kepada lelaki yang telah ditentukan oleh dukun Kartareja. Lelaki yang telah ditentukan adalah Dower dan Sulam. Keduanya merupakan pemuda yang sangat jahat dan bajingan di duku Paruk tersebut. Kedua lelaki itu bertengkar untuk mendapatkan giliran yang pertama.
Pertengkaran antara Dower dan Sulam secara sengaja didengar oleh Rasus. Ketika Rasus merasa dongkol melihat pertengkaran mereka, tiba-tiba Srintil datang dan memohon kepada Rasus agar Rasus bersedia menggauli dirinya karena Srintil tidak rela jika yang menggaulinya adalah Dower dan Sulam, pemuda yang sangat dibenci oleh Srintil. Rasus pun memenuhi keinginan Srintil tersebut. tidak dapat dipungkiri bahwa sebenarnya Rasus sudah lama menginginkan hal tersebut. Setelah selesai menggauli Srintil di belakang rumah dukun Kartareja, Rasus pun meninggalkan Srintil dan dukuh Paruk.
Kini, wanita yang sangat dicintai Rasus itu sekaligus menjadi wanita yang ia benci karena Srintil telah menjadi ronggeng yang akan dimiliki oleh semua orang. Rasus mengasingkan diri di desa Bawuan. Di sana, ia banyak merenung. Bayang-bayang Srintil sang ronggeng sangat sulit dilupakan. Ia berusaha menyingkirkan kenangan di antara mereka.
Ketika Srintil meminta kepada Rasus agar Rasus menjadi suaminya, dengan sangat tegas Rasus menolak permintaan Srintil tersebut. Keputusan Rasus sudah bulat. Ia mengalah dan membiarkan Srintil menjadi ronggeng yang dibanggakan di dukuh Paruk.

B.   Gagasan  
Novel Ronggeng Dukuh Paruk menceritakan tentang seorang anak perempuan berusia sebelas tahun yang akan menjadi ronggeng. Sebelum resmi menjai ronggeng, ia harus melakukan dua syarat, salah satu syarat yang harus dilakukan adalah malam bukak kelambu. Malam bukak kelambu merupakan malam dimana seorang ronggeng harus menyerahkan keperawanannya kepada laki-laki yang mampu membayar paling mahal. Tetapi, Rasus lah yang mendapatkan keperawanan Srintil karena kemauan Srintil sendiri.
Novel tersebut menggambarkan seorang wanita yang dimiliki oleh semua lelaki dan dengan bebas semua lelaki tersebut berhak untuk menikmati tubuh wanita. Hal tersebut sangat bertentangan dengan norma sosial dan norma agama yang ada di masyarakat. tidak sepantasnya seorang wanita melakukan perbuatan seperti itu kepada lelaki yang bukan muhrimnya atau bukan suaminya.
Namun, norma sosial dan norma agama sepertinya tidak berlaku di dukuh Paruk. Seorang wanita yang menjadi ronggeng tidak dianggap tabu oleh masyarakat dukuh Paruk. Seorang wanita yang menjadi ronggeng akan merasa bangga. Bahkan, seorang istri yang suaminya bisa meniduri ronggeng justru merasa sangat bangga. Perbuatan seksualitas di dalam masyarakat dukuh paruk jauh dari nilai sakralitas. Tidak ada batasan tabu di dukuh Paruk tersebut.
Ronggeng juga tidak boleh menikah dan memiliki keturunan, sebab jika seorang ronggeng menikah dan memiliki keturunan maka akan menganggu pekerjaannya. Istri dukun ronggeng telah membuat Srintil sang ronggeng tidak bisa memiliki keturunan karena ia harus melayani lelaki manapun. Perbuatan yang dilakukan oleh istri dukun tersebut sangat tidak manusiawi karena ia telah merampas hak orang lain. Kodrat wanita adalah berkeluarga, memiliki suami dan mempunyai keturunan sehingga ia menjadi wanita yang sempurna. Tetapi hal tersebut tidak dapat didapatkan oleh Srintil. Srintil pun ditinggal pergi oleh seseorang yang sangat dicintainya.
Ajaran-ajaran di dalam agama telah memberikan suatu batasa-batasan dalam bergaul dan berhubungan dengan lawan jenis. Sesorang tidak boleh mendekati perbuatan zina bahkan melakukan perbuatan zina. Sesungguhnya zina merupakan perbuatan keji dan munkar yang dibenci oleh Allah.





























Judul              : Nayla
Jenis Novel     : Novel Literer
Pengarang      : Djenar Maesa Ayu
Penerbit          : PT. Gramedia Pustaka Utama
Tahun Terbit : 2005

A.    Sinopsis
Novel Naylatersebut mengisahkan tentang lika-liku kehidupan anak perempuan yang tinggal bersama ibunya, namun kesehariannya selalu disiksa oleh ibunya tersebut. Nama gadis tersebut adalah Nayla Kinar. Sebenarnya, sebelum kedua orangtuanya bercerai, kehidupan Nayla sangat membahagiakan. Sejak peristiwa perceraian itulah, Nayla tinggal bersama ibunya. Ayahnya menikah lagi dengan wanita lain. Nayla selalu mengalami tekanan, baik jiwa mapun fisik akibat perlakuan dari ibunya. Sejak tinggal bersama ibunya, psikis dan mental Nayla menjadi terguncang. Ia tidak pernah merasakan kehidupan yang menyenangkan seperti anak-anak lain. Tidak hanya itu, Nayla pun tidak pernah mendapatkan kasih sangat, belaian lembut dari kedua orangtuanya. Walaupun ia tinggal dengan ibu kandungnya sendiri, tetapi ibunya tidak pernha memperlakukan Nayla dengan baik. Nayla selalu disiksa secara kejam jika melakukan kesalahan. Kajadian yang sangat menyengsarakan adalah ketika Nayla tidak bisa berhenti ngompol, ibunya menusuk vagina Nayla dengan peniti. Begitu pula saat Nayla tidak mau makan sayur, maka ibunya kan terus memaksa Nayla untuk mengeluarkan makanan yang telah ditelan dan menyumpal mulutnya dengan kotorannya sendiri. Tidak hanya itu, saat Nayla menghilangkan tutup pensil, ibunya menghukum Nayla berjemur di atas atap seng yang panas hingga kulit pada telapak kakinya mengelupas. Tekanan yang sangat menyakitkan bagi Nayla adalah saat ia diperkosa oleh teman kencan ibunya sendiri. Padahal, usia Nayla pada saat itu baru Sembilan tahun. Laki-laki yang memperkosa Nayla tersebut biasa dipanggilnya Om Indra. Ternyata, Om Indra dan Ibunya telah bersekongkol untuk menghancurkan masa depan Nayla.
Setelah kejadian terebut, Nayla sangat bingung. Nayla memutuskan untuk kabur ke rumah ayahnya. Ia memilih untuk tinggal bersama ayahnya. Ayah Nayla adalah seorang penulis. Nayla kembali bersedih, karena baru beberapa waktu ia tinggal bersama ayahnya, kemudian ayahnya meninggal dunia. Nayla merasa bahwa ia tidak mepunyai seseorang yang menyayanginya dan ia sangat terpukul dengan kematian ayahnya tersebut. Tekanan demi tekanan yang engguncang hidupnya membuat ia terjerumus ke dalam hal-hal yang yang tidak baik. Ia mulai terlibat dengan narkotika bahkan ibunya sampa mengirim Nayla ke pusat rehabilitasi. Nayla mersa sangat terpenjara ditempat itu sehingga ia melarikan diri dari pusat rehabiliatasi.
Nayla kini memasuki dunia malam. Ia bekerja sebagai juru lampu di diskotik. di tempat itu, Nayla bertemu dengan Juli. Juli merupakan wanita lesbian yang bekerja sebagai DJ (Disk Jockey). Beberapa waktu kemudian, Nayla juga ditinggalkan oleh Juli. Setelah itu, ia mulai menjalin hubungan dengan Ben. Namun, hubungan itu itu akhirnya harus berakhir karena perbedaan pandangan hidup.
Kini Nayla bisa lepas dari kehidupan yang gelap itu. Semua hal yang ia alami ia jadikan sebagai pelajaran hidup. Lika-liku hidup Nayla akan menyayat hati bagi yang mendengarnya. Pada akhirnya, Nayla berhasil menjadi seorang penulis yang sukses. Perjalanan hidupnya ia tuangkan dalam bentuk tulisan, bahkan ia menerima tawaran untuk menjadikan tulisan-tulisannya diangkat menjadi sebuah film.

B.     Gagasan  
Menurut saya, Djenar Maesa Ayu merupakan sosok penulis yang snagat berbakat. Ia berhasil menyoroti kehidupan seorang wanita yang tertindas. Seperti dalam karyanya dalam novel Nayla tersebut, pengarang menyampaikan tentang makna psikologi yang dialami oleh Nayla. Nayla merupakan anak kecil yang selalu mendapatkan siksaan dari bu kandungnya sendiri. Padahal, seharusnya seorang ibu harus mencurahkan segenap kasih sayangnya kepada anak kandungnya karena ia memiliki naluri keibuan. Tetapi, sepertinya naluri keibuannya telah mati karena ia selalu menyiksa Nayla dengan sangat kejam jika Nayla melakukan kesalahan sekecil apapun. Ibunya pun tega menyaksikan Nayla diperkosa oleh teman kencannya sendiri yang bernama Om Indra. Ia benar-benar tidak pantas menjadi seorang ibu. Kekejamannya membuat  psikis dan mental Nayla terguncang, masa depan Nayla pun hancur karena ia terjerumus ke dalam hal-hal yang negative seperti terjerat narkotika. Akan tetapi, semua kejadian pahit yang ia alami saat ini telah terhapus karena ia berhasi;l menjadi seorang penulis sukses. Ia juga merasa bangga ketika pengalaman hidupnya diangkat menjadi sebuah film.
Cerita ini disampaikan dengan bahasa yang sangat lugas dan mudah dimengerti.































Judul              : Keluarga Permana
Jenis Novel     : Novel Literer
Pengarang      : Ramadhan K.H.
Penerbit          : PT. Gramedia Pustaka Utama
Tahun Terbit : 1986

A.    Sinopsis
Novel ini mengisahakan tentang kehidupan sepasang pengantin baru yang bernama Sumarto dan Farida. Kebahagiaan yang menyelimuti keduanya pada akhirnya berubah menjadi kedukaan. Ketika itu Farida jatuh pingsan, Sumarto pun nampak sangat gugup dan gelisah. Akhirnya, Sumarto memanggil ibunya karena keadaan Farida semakin parah. Kemudian, Farida dibawa ke rumah sakit. Setelah melakukan pemeriksaan, dokter menyarankan agar Farida harus diopname di rumah sakit. Menjelang malam, ditengah kesunyian, Farida pun terbangun dari tidurnya untuk mengambil air. Tetapi, Farida justru terjatuh dan kepalanya membentur meja pembasuh. Suasana yang tadinya sunyi pun berubah menjadi ramai. Perawat pun bergegas menuju kamar Farida karena terdengar suara yang sangat gaduh. Akan tetapi, nyawa Farida sudah tidak dapat ditolong lagi. Farida pun meniggalkan orang-orang yang dicintainya untuk selama-lamanya.
Duka mendalam tengah dirasakan oleh keluarga Sumarto. Kabar duka tersebut akhirnya sampai ke orangtua Farida. Permana dan Saleha terkejut. Raut wajah mereka bagaikan kain lusuh. Suasana menjadi hening dan sepi. Saleha, ibu Farida sempat berpikir tentang status agama yang dianut oleh Farida, yaitu agama Katolik. Saleha tahu bahwa Farida masuk agama Katolik secara terpaksa.
Batin Saleha mulai berontak, pikirannya tidak terkontrol sehingga ia bertengkar dengar suaminya. Mereka memperdeatkan tentang pemakaman Farida. Farida hendak dimakamkan di pemakaman Simaraga tempat pemakaman orang Islam atau di pemakaman Pandu, pemakaman orang Kristen. Batin Permana pun tersentak, ia mengingat masa lalu Farida yang sangat menyedihkan. Ia sering memukul Farida ketika Permana bertengkar dengan Saleha. Kemarahan Permana semakin menjadi-jadi sehingga suasana rumahnya seperti neraka yang membakar orang-orang disekelilingnya. Akan tetapi, Saleha mulai mengetahui latar belakang penyebab kemarahan Permana. Saleha mulai menjelaskan duduk permasalahan dengan Permana, sehingga pada akhirnya Permana jarang marah.
Suatu hari, Permana dipecat dari pekerjaannya. Pagi itu, ada seorang pemuda dengan penampilannya yang sopan dan rapi, dia adalah Sumarto. Sumarto bekerja di sebuah perusahaan Asuransi. Akan tetapi, dulunya Sumarto sempat kuliah di Fakultas Kedokteran namun gagal. Maksud kedatangan Sumarto adalah untuk mondok di rumah Permana. Permana merasa simpati terhadap Sumarto. Semua itu pada akhirnya diceritakan ke Saleha bahwa Sumarto akan mondok di rumahnya.
Pada suatu hari, Sumarto datang lebih awal sehingga memberikan kesempatan Farda dan sumarto untuk menjalin hubungan khusus dan lebih mendalam. Pagi itu pun Permana terlihat sangat murung karena Farida dan Sumarto terlihat dekat. Permana mulai menceritakan kedekatakan Sumarto dan Farida kepada Saleha. Akan tetapi, Saleha melepaskan semua itu kepada Permana. Keesokan harinya, Permana menemui Sumarto. Sumarto disuruh untuk pergi dari pemondokannya dengan alasan rumah itu akan dijual. Sumarto kaget mendengar pernyataan Permana tersebut. Ia akan sulit bertemu dengan Farida jika ia pergi dari pemondokan Permana. Sumarto kemudian menulis surak untuk Farida, surat itu diletakkan di bawah pot bunga di tempat kotak pos.
Saat waktu makan malam tiba, Farida tidak ikut makan malam bersama keluarganya, Farida hanya tidur-tiduran di kamar dengan kondisi sedih dan bingung. Melihat tingkah laku Farida yang aneh itu, Saleha pun menghampiri Farida ke kamarnya. Sebelum sampai ke kamar farida, Komariah pun memberanikan diri untuk menghampiri Saleha dan mengatakan bahwa Farida sudah dua bulan tidak mengalami haid. Mendengar cerita tersebut, Saleha pun menjadi penasaran. Ia mulai bertanya kepada Farida. Farida diam seribu bahasa. Akan tetapi, pada akhirnya Ida pun berani menceritakan kejadian yang sebenarnya. Saleha akhirnya menceritakan peristiwa tersebut kepada Permana. Permana sangat marah hingga badannya mendidih. Permana berniat untuk menggugurkan janin di dalam kandungan Farida. Farida pun dibawa ke dukun, perutnya dipijat dan diberi ramuan. Keesokan harinya, Farida mulai merasakan sakit perut pertanda ramuan dari dukunnya sudah bereakasi. Perutnya mengeluarkan darah. Permana lalu mengabarkan perkembangan Farida kepada Saleha. Saleha pun merasa senang. Akan tetapi, beberapa saat kemudian perut Farida semakin parah dan tambah sakit. Melihat gejala yang terjadi, Permana kemudian memberikan pil kepada Farida, namun pil tersebut tidak memberikan reaksi yang baik. Dengan terpaksa, Farida dibawa ke rumah sakit. Sumarto pun mengetahui keadaan Farida. Sumarto kaget melihat keadaan Farida yang semakin memburuk sehingga Sumartp menulis surat kepada Permana tentang bahaya dan hukuman jika melakukan aborsi, akan tetapi surat tersebut dibaca oleh Farida. Farida merasa sangat berdosa.
Sepulangnya dari rumah sakit, Farida pun bertemu dengan Sumarto. Tekad baik dari Sumarto adalah untuk meminang Farida. Lalu, Farida menceritakan hal tersebut kepada ibunya. Mendengar penjelasan dari Farida tersebut, kemudian Saleha menceritakan kepada Permana. Namun, Permana tidak memberikan respon. Keesokan harinya, Farida dipertemukan dengan seorang pastur. Farida pun dibaptis, namanya berubah menjadi Maria Magdalena. Seusai dibaptis, pernikahan antara Sumarto dan Farida pun terlaksana. Pernikahannya dilangsungkan di rumah Permana dengan penuh kebahagiaan. Pengantin pria pun datang ke tempat mempelai wanita.
Hanya seminggu kebahagiaan itu berlangsung, kini datang kabar bahwa Farida telah meninggal dunia. Tangisan tak habis dicurahkan hingga pemakaman berlangsung dan dipimpin oleh seorang pastur.

B.     Gagasan  
Jika dilihat dari segi kepribadian atau karakter dari penokohan, novel Keluarga Permana tersebut menggambarkan bagaimana tokoh Farida di dalam novel tersebut. Farida mengalami suatu depresi atau tekanan di dalam kehidupannya. Dia pun harus menerima kenyataan ketika orangtuanya mengambil konsekuensi yaitu menggugurkan kandungannya karena untuk menghindari cemoohan dari masyarakat akibat Farida hamil di luar nikah. Adapun dari Permana yang didalam cerita itu sering melakukan suatu yang tindakan yang  berlebihan pada waktu marah dan ketika emosinya tidak terkendali. Kenyatan itu juga dialami oleh Isteri Permana yaitu Saleha yang mendapat tekanan dari suaminya sendiri akan tetapi karena kesabaran Saleha, Saleha pun dapat mengatasi permasalahan-permasalahan keluarga apalagi ketika itu Saleha tahu bahwa Permana Suaminya mengalami tekanan-tekanan itu ketika dia dikeluarnya dari pekerjaannya.
Jika ditinjau dari unsur Religi sastra di dalam kehidupan sosial maka terlihat kebimbangan akan kenyatan yang dipilih dengan batinniah Farida yang rela mengorbankan Status keyakinan beragamanya yang sewaktu didalam kandungan telah menyandang agama tersebut, akan tetapi karena suatu kesalahan yang telah dia perbuat akhirnya merubah suatu keyakinannya itu dan mengikuti kenyataannya yaitu berpindah agama menjadi seorang yang beragama Katolik. Dari kedua pendekatan tersebut munculah pendekatan moral yang berupa kesimpulan dari makna tersebut maksudnya dari pendekatan ini kita harus mengerti bahwa setiap orang mempunyai suatu Hak-hak dalam menjalani sesuatu dan melakukan sesuatu walaupun sebenarnya di dalam hak-hak tersebut ada sebuah batasan-batasan berupa aturan yang semata-mata memberikan suatu arahan. Akan tetapi, kebebasan akan hak itu dan aturan tersebut harus lah di seimbangkan dan jangan satu dengan yang lain saling mendahului, hal inilah yang dapat memberikan efek yang kurang baik, seperti di dalam novel tersebut, menjelaskan bahwa suatu batasan-batasan yang berupa aturan yang dibuat oleh permana kepada Isteri dan anak-anaknya, sehingga membatasi orang-orang yang menjalaninya menjadi kurang dalam berkarya dan lebih-lebih dapat memberikan efek buruk bagi orang-orang yang menjalaninya seperti yang dialami tokoh dalam novel tersebut yaitu Ida. Ida mengalami suatu depresi dan beban-beban di dalam batinnya dan akhirnya menyebakan kematian yang sangat trragis menimpa dirinya.
Judul              : Pengakuan Pariyem
Jenis Novel     : Novel Literer
Pengarang      : Linus Suryadi
Penerbit          : Pustaka Pelajar Yogyakarta
Tahun Terbit : 2002

A.    Sinopsis
Novel tersebut mengisahkan tentang kehidupan seorang wanita berusia 25 tahun yang berasal dari desa yang cukup tandus, tepatnya di desa Wonosari, Yogyakarta. Wanita tersebut bernama lengkap Maria Magdalena Pariyem atau lebih dikenal Pariyem. Pariyem beragama Khatolik. Ia lahir dari rahim seorang wanita sinden. Ayahnya adalah pemain Ketoprak. Sebenarnya, masa kecil Pariyem cukup menyenangkan.
Namun, ketika dewasa ia menjadi pembantu (babu) di rumah seorang priyayi keturunan ningrat bernama Raden Tumenggung Cokro Sentono. Istrinya bernama Ndoro Ayu Cahya Wulaningsih. Sepasang suami istri tersebut mempunyai dua orang anak. Anak sulungnya bernama Den Bagus Ario Atmojo. Ia adalah seorang pemuda yang tampan dan tercatat sebagai mahasiswa Filsafat Universitas Gajah Mada. Ia sangat terampil berpantun Jawa. Sedangkan adiknya bernama Ndoro Putri Wiwit Setyowati. Ia berbeda dengan wanita pada umumnya yang suka memperhatikan penampilan. Ia tidak suka berpenampilan yang aneh-aneh, justru penampilannya sangat kacau. Namun, meskipun demikian ia sangat luwes jika menari Jawa. Keluarga tersebut tinggal di Ndalem Suryomentaraman Ngayogyakarta.
Pariyem begitu ikhlas dan nrimo dalam mengabdikan diri sebagai babu di keluarga ningrat tersebut, sampai akhirnya ketika Den Bagus Ario Atmojo menginginkan tubuh Pariyem pun Pariyem ikhlas memberikan mahkotanya hingga ia mengandung anak dari Den Bagus Ario Atmojo. Anehnya, Pariyem tidak merasa menyesal telah malakukan hubungan layaknya suami istri dengan putra dari majikannya tersebut. Justru, Pariyem sangat menikmati hal tersebut. Kejadian serupa juga pernah ia lakukan dengan teman laki-lakinya yang bernama Kliwon. Begitu mudahnya Pariyem menyerahkan kesuciannya kepada laki-laki yang bukan suaminya bahkan tidak hanya sekali.
Kehamilan Pariyem pada akhirnya sampai ke telinga Ndoro Putri Wiwit Setyowati. Tanpa sepengetahuan Pariyem, Ndoro Putri pun melaporkan hal tersebut ke orangtuanya. Lalu, keluarga mereka mengambil keputusan melalui sidang keluarga. Setelah makan malam, Pariyem dipanggil oleh Raden Tumenggung Cokro Sentono. Pariyem merasa sangat khawatir da cemas. Ia takut jika majikannya tersebut marah besar dan akan mengusirnya dari rumah. Akan tetapi, hal yang ditakutkan oleh Pariyem tidak terjadi. Ia tidak diusir dari rumah majikannya tersebut. Ndoro Ayu Cahya Wulaningsih memutuskan untuk memulangkan Pariyem dan mau mengakui janin yang dikandung Pariyem adalah cucunya. Akan tetapi, ada syarat yang harus dipenuhi Pariyem. Jika anaknya sudah berusia satu tahun, maka Pariyem harus kembali bekerja sebagai babu. Pariyem menyanggupi persyaratan tersebut.
Ketika pulang ke kampungnya, Pariyem diantarkan oleh Den Bagus Ario Atmojo. Keluarga ningrat tersebut juga membiayai segala kebutuhan kelahiran dan biaya hidup anak Pariyem. Bahkan, mereka juga menjenguk Pariyem setiap satu bulan sekali. Sembilan bulan kemudian, Pariyem melahirkan bayi perempuan yang diberi nama Endang Sri Setyaningsih. Nama tersebut adalah pemberian dari Ndoro Ayu Cahya Wulaningsih, karena bayi tersebut sangat cantik.
Seperti yang telah dijanjikan ketika Pariyem masih hamil, Pariyem pun kembali bekerja di Ndalem Suryomentaraman sebagai babu setelah Endang berusia satu tahun.

B.     Gagasan
Menurut saya, novel tersebut mengandung nilai-nilai budaya Jawa yang bisa ditiru. Tetapi di sisi lain ada nilai-nilai yang menyimpang dari norma agama yang layak untuk ditiru. Nilai positif dari novel tersebut adalah menggambarkan keikhlasan dalam menerima keadaan apapun yang telah ditetapkan oleh Allah. Dalam bahasa Jawa, kita mengenal istilah ”Nrimo Ing Pandum”. Akan tetapi, disisi lain ada nilai-nilai dari perilau tokoh yang sangat menyimpang dari ajaran agama. Pariyem tidak mampu menjaga kodratnya sebagai wanita denan baik. Ia justru melakukan perbuatan yang dilarang keras oleh agama. Bahkan, ia tidak hanya sekali saja dalam berbuat zina. Ia melakukan hubungan intim layaknya suami istri dengan dua orang. Yang pertama dengan Kliwon dan yang kedua dengan Ario Atmaojo. Putra dari majikannya sendiri. Hal tersebut sudah sangat jelas menggambarkan bahwa harga diri Pariyem telah hancur. Begitupun dengan Den Bagus Ario Atmojo, sebagai seorang mahasiswa apalagi menyandang keturunan ningrat, seharusnya ia mampu menjaga nilai-nilai luhur keluarganya. Ia telah mencoreng nama besar keluarga ningrat akibat dari perbuatannya itu.



















Judul              : Canting
Jenis Novel     : Novel Literer
Pengarang      : Arswendo Atmowiloto
Penerbit          : PT. Gramedia Pustaka Utama
Tahun Terbit : 1997

A.    Sinopsis
Novel Canting tersebut mengisahkan tentang Raden Ngabehi Setrokusumo, seorang pengusaha batik tradisional bermerk Canting di kota Solo. Ia sangat mencintai gadis yang sangat sederhana, gadis itu merupakan gadis desa yang ingin dinikahinya. Gadis tersebut bernama Tuginem. Tuginem merupakan gadis biasa, dia bukan keturunan keraton. Tuginem hanya berprofesi sebagai buruh pabrik tradisional batik milik Raden Ngabehi Setrokusumo. Pernikahan antara antara keduanya mendapat banyak tentangan dari pihak keraton. Keluarga Raden Ngabehi Setrokusumo tidak ada yang menyetujui pernikahan tersebut. Akan tetapi, Raden Ngabehi Setrokusumo tetap berniat untuk melangsungkan pernikahan karena ia sangat mencintai Tuginem. Akhirnya, keluarga Raden Ngabehi Setrokusumo menyetujui permintaan itu walaupun terpaksa.
Rumah tangga Raden Ngabehi Setrokusumo pun bahagia dan sangat tentram. Tuginem merasa sangat bahagia atas anugerah yang diberikan oleh Tuhan. Tuginem selalu mengabdi dan berbakti kepada suaminya dan berusaha membahagiakan suaminya. Tuginem atau yang biasanya dipanggil dengan sebutan Bu Bei ini diam-diam membantu suaminya memajukan usaha cantingnya. Usahanya pun menjadi maju dan didatangi banyak pelanggan. Dengan kerja keras Bu Bei inilah, keenam ana-anaknya tumbuh menjadi anak-anak yang sukses dan dapat membanggakan kedua orangtuanya.
Salah satunya adalah Awala Wahyu Dewabrata. Ia berhasil menjadi seorang dokter. Lintang Dewanti menjadi istri kolonel Batyu Dewasunu, ia menjadi seorang dokter gigi. Ismaya menjadi seorang insyinyur. Wening Dewamurti menjadi seorang dokter. Setelah keenam anaknya sukses, Bu Bei yang sudah tua tidak mampu lagi mengelola usaha batik keluarganya. Kemampuannya untuk mengurusi para pedagang di pasar Klewer Solo pun mulai menurun, padahal batik Canting mulai mendapat banyak saingan berat dari produk pabrik modern.
Putri bungsu Raden Ngabehi Setrokusumoyang bernama Subandini Dewaputri  pun bertekad untuk mengambil alih usaha kedua orangtuanya dan membangkitkannya kembali karena usaha tersebut mulai menurun. Akan tetapi, niatnya ditentang oleh semua kakaknya sehingga terjadilah perselisihan di antara mereka. Pertentangan tersebut kemudian dapat diselesaikan oleh orangtuanya secara bijaksana. Setelah Subandini Dewaputri mengambil alih usaha batik canting keluarga, tidak lama kemudian Bu Bei meninggal dunia.
Subandini berusaha keras untuk membangkitkan usaha batik keluarganya. Akhirnya, batik canting bersaing dengan batik modern lainnya, akan tetapi batik canting kalah dalam bersaing karena banyak pengusaha batik yang tidak kalah bagus sehingga peminatnya pun banyak. Penjual batik canting semakin merosot. Akibat kemrosotan tersebut, Subandini menjadi frustasi. Subandini jatuh sakit bahkan hampir meninggal dunia. Ketika ia sakit, timbullah ide baru darinya. Ia memahami penyebab usaha batiknya tidak mampu bersaing dengan produksi pabrik modern. Salah satunya adalah masalah merk. Kemudian, merk batik yang dukunya canting kini diganti dengan merk canting darsono. Dengan nama baru itulah, ia meneruskan usaha batik tradisional milik keluarganya. Ia sangat optimis dan berusaha keras demi memajukan usahanya.
Keputusan perubahan merk pun ternyata sangat tepat. Usaha tersebut mampu bersaing di pasaran. Subandini tidak menangani perusahaan batik Canting darsono seorang diri. Ia dibantu oleh kakak-kakaknya. Peminat batik Canting darsono tidak hanya berasal dari dalam negeri saja, tetapi mulai dilirik oleh turis asing dari luar negeri. Mereka semua saling tolong-menolong dalam memajukan dan mengembangkan usaha batik.
Tidak lama kemudian, Subandini menikah dengan Hermawan. Hermawan merupakan pria yang menunggu Subandini sejak Subandini menangani usaha batik milik keluarganya. Pernikahan mereka berlangsung tepat pada peringatan seratus hari meninggalnya Bu Bei.

B.     Gagasan
Novel Canting tersebut merupakan salah satu novel yang mengandung nilai-nilai kebudayaan yang dapat dijadikan bahan pembelajaran. Melalui membaca novel tersebut, kita dapat memahami bagaimana kebudayaan Jawa. Hal tersebut dapat dilihat dari perilaku etika bersosialisasi, berkomunikasi, bahkan tingkatan-tingkatan sosial atau Strata Social.
Disamping itu, novel Canting juga menjelaskan tentang tinjauan feminisme yang tercermin dalam karya sastra tersebut. novel ini mengisahkan status sosial seorang wanita dalam keluarga dan masyarakat. novel ini mencerminkan adat jawa yang menjunjung niali-nilai dalam lapisan masyrakat sehingga menimbulkan diskrimasi terhadap golongan bawah atau pekerja buruh. Yang tercermin  dalam novl tersebut adalah wanita bukanlah siapa-siapa. Seorang wanita tugasnya hanya mengurus rumah tangga dan anak-anaknya. Namun, dengan adanya pasar Klewer di kota Solo wanita pun memiliki kebebasan untuk berkarya dan berkarir. Menurut para wanita, pasar Klewer merupakan jatidiri mereka. Berkat jerih payah itulah, mereka dapat menghidupi keluarganya walaupun bereka tidak melupakan kodratnya sebagai ibu rumah tangga yang harus mengabdi pada suami dan mengurus anak.  Seperti Bu Bei, walaupun ia sibuk berkarir mengembangkan usaha batik, tetapi ia tetap mengurus suami dan anaknya hingga anaknya menjadi anak-anak yang sukses.





Judul              : Khotbah Di Atas Bukit
Jenis Novel     : Novel Literer
Pengarang      : Kuntowijoyo
Penerbit          : PT. Gramedia Pustaka Utama
Tahun Terbit : 1997

A.    Sinopsis
Barman merupakan seorang pensiunan Pegawai Negeri. Ia adalah seorang pensiunan diplomat yang ditinggal mati istrinya sejak Bobi masih kecil. Bobi adalah anak Barman. Bobi menganjurkan agar Barman mengisi hari tuanya di sebuah vila di pegunungan. Awalnya,  menantu dari Barman kurang setuju dengan gagasan Bobi karena usia mertuanya itu sudah mulai lanjut. Akan tetapi, semua itu tidak menjadi masalah serius bagi Barman. Menurutnya, udara di pegunungan tersebut lebih sejuk dan tenang tanpa gangguan dari cucu-cucunya. Anaknya pun sudah menyanggupi akan mengutus seorang wanita untuk mengurus Popi. Popi merupakan mantan wanita penghibur, namun dia sangat telaten dalam mengurus Barman. Popi bersedia menjadi istri Barman dan bersedia hidup jauh dari keramaian bersama suaminya yang sudah tua. Sejak ditinggal istri pertamanya, Barman mersa kesepian namun sekarang ia menghabiskan sisa hidupnya dengan wanita cantik dan menyenangkan. Wanita itu adalah Popi.
Kedua pasangan tersebut sangat bahagia karena Popi rela merawat dan mencintai Barman apa adanya padahal usia Barman jauh lebih tua dari Popi. Barman pun sangat mencintai Popi walaupun Barman tahu bahwa Popi adalah bekas kupu-kupu malam. Akan tetapi, bagi Barman Popi adalah sosok wanita yang sangat telaten pandai dalam memasak. Mereka berdua pun melewati hari dengan penuh canda tawa.
Suatu hari, Barman jalan-jalan di sekitar pegunungan, ia bertemu dengan seorang lelaki tua. Lelaki itu adalah penjaa bukit. Ia bernama Human. Human bermaksud utuk hidup menyepi. Ia sudah tak mau tahu perkara duniawi. Human juga tidak ingin menjalin hubungan dengan perempuan. Hal-hal yang menjadi tujuan Human tinggal di bukit tersebut sangat berbeda dengan Barman. Barman masih terbelenggu berbagai kebutuhan fisik dan psikis. Ia masih terbelenggu dengan perempuan, sedangkan Barman sangat terlihat bebas berpikir dan berkeinginan sehingga ia merdeka dalam menjalani hidup.
Barman menganggap bahwa Human adalah lelaki yang aneh sejak ia pertama kali berjumpa dengan Barman. Akan tetapi, justru Barman pun mulai mempertanyakan keberadaan dirinya. Barman semakin terkejut saat ia melihat Human meninggal dunia. Walaupun Human sebatang kara dalam sepi, namun ia pergi dengan damai. Perjumpaan Human dengan Barman hingga Human meninggal ternyata menimbulkan kesan yang begitu mendalam di hati Barman. Barman pun mendadak merasa sangat bergantung pada Popi, istri mudanya. Pengalamannya dengan Human masih terus hidup dalam benaknya. Ia ingin bebas dari sesuatu yang menjadi miliknya.
Perubahan sikap Barman pun ternyata dirasakan oleh Popi. Popi sangat mencemaskan perubahan-perubahan dari diri Barman. Ia merasa bahwa perubahan sikap suaminya tersebut akan berakibat juga dalam kehidupannya. Ia takut jika perubahan-perubahan tersebut akan menghancurkan kebahagiaan hidup yang selama mereka rasakan. Ia membiarkan Barman untuk berbuat apapaun sesuai keinginnya agar Barman merasa senang. Bahkan Popi ikhlas jika Barman berkeinginan untuk mengikuti apa yang telah dilakukan Human.
Kini, Barman hidup dengan bebas. Barman merasa sangat damai dengan cara melepaskan keinginan yang bersifat duniawi. Ia ingin agar orang lain mengikuti jejak hidupnya sehingga akan menemukan kebahagiaan seperti yang ia rasakan dan Human rasakan sewaktu masih hidup. Barman selalu menginformasikan hal tersebut kepada orang lain. Lama-kelamaan, penduduk di pegunungan datang silih berganti untuk meminta petunjuk kepada Barman. Semakin banyak orang yang datang, Barman justru semakin bingung. Dalam kebingungannya itu, ia berteriak dengan suara yang sangat menyayat hati. Seketika itu, orang-orang mencari Barman. Namun, Barman justru ditemukan dalam keadaan tidak bernyawa. Orang-orang pun membawa Barman ke Villa dan mengabarkan kepada Popi bahwa suaminya telah meninggal dunia. Akan tetapi, Popi sudah tidak diketahui lagi keberadaannya ketika terakhir ia menghilang bersama dengan sopir truk.

B.     Gagasan
Ada beberapa fenomena kejiwaan yang tersirat dalam novel Khotbah di Atas Bukit tersebut. Fenomena kejiwaan tersebut tersirat dalam kehidupan tokoh Barman. Dia adalah seorang pensiunan diplomat yang ditinggal mati oleh istrinya sejak Bobi (anak Barman) sejak masih kecil. Pada suatu hari, Bobi menyuruh ayahnya untuk menghabiskan masa tuanya di sebuah bukit di pegunungan. Di sana, Barman ditemani oleh istri mudanya yang bernama Popi. Di bukit itu pula lah ia menghaiskan waktunya dengan bahagia.  Pada suatu hari, Barman bertemu dengan seorang laki-laki tua bernama Human. Human mengajarkan banyak hal pada Barman. Barman pun sering menghaiskan waktunya dengan Human. Barman ingin hidup bahagia, tenang, damai, bebas seperti Human. Tak lama kemudian Barman mempunyai bayak pengikut yang ingin hidup bahagia. Barman mengajak para pengikutnya ke atas bukit. Disana dia berbicara pada para pengikutnya bahwa “hidup ini tak berharga untuk dilanjutkan”. Setelah itu Barman meninggal dan kematian itu mereka anggap sebagai pembebasan yang sempurna.
Novel tersebut juga membahas masalah gender. Terbukti degan hadirnya tokoh popi yang memiliki masa lalu sebagai wanita tuna susila namun pada akhirnya mengabdikan hidupnya untuk mengurus Barman, akan tetapi ketika ditinggal pergi Barman ia pun kembali ke masa lalunya.
Bobi juga merupakan salah satu tokoh dalam novel tersebut. Bobi merupakan anak Barman. Ia sangat berbakti dan menyayangi ayahanya. Apapun yang ayahnya inginkan selalu ia turuti. Bobi ingin membalas kebaikan ayahnya. Ia ingin agar ayahnya menghabiskan masa tuanya penuh denga kebahagiaan dan ketenangan.



Judul              : Saman
Jenis Novel     : Novel Literer
Pengarang      : Ayu Utami
Tahun Terbit : 1998
Penerbit          : PT. Gramedia Pustaka Utama

A.    Sinopsis
Novel ini mengisahka tentang Laila dan Sihar Situmorang yang bertemu pertama kali di perusahaan tambang minyak. Keduanya tengah merasakan benih-benih cinta karena seringnya pertemuan di antara mereka berdua. Rasa cinta di antara mereka pun tumbuh subur semenjak terjadinya musibah meledaknya katup peredam ledak di mulut sumur di bawah platform. Suatu ketika, Sihar bertekad akan balas dendam kepada Rasono akan tetapi Laila menyarankan agar Sihar tidak melakukan balas dendam terhadap Rasono. Akan tetapi, Laila berpendapat bahwa sebaiknya Rasono dibawa ke pengadilan saja karena kelalaian Rasono tersebut telah menyebabkan kematian. Hal tersebut termasuk pidana.
Laila dan sihar kemudian pergi ke Palembang menemui Saman. Saman adalah seorang pengacara. Kisah cinta antara Laila dan Sihar pun semakin terjalin lebih mendalam. Sebagai bukti cinta mereka, Laila rela menyerahkan mahkota keprawanananya. Wisanggeni adalah anak laki-laki tunggal yang selamat dari kandungan. Ibu kandungnya bernama Raden Ayu. Ia adalah wanita yang misterius tetapi memiliki sifat penyayang. Ayahnya bernama Sudoyo. Ia merupakan anak mantra kesehatan. Ia bekerja sebagai pegawai BRI di Yogyakarta sejak masih kuliah di UGM jurusan Ekonomi. Saat berusia empat tahun, Wisanggeni dan orangtuanya pindah ke Prabumulih.
Wisangeni sering merasakan kejadian aneh. Kejadian tersebut ia rasakan sejak masih SD. Ketika bayi yang ada di dalam kandungan ibunya menghilang dan ia sering mendengar suara tangisan bayi di kamarnya. Wisanggeni sangat yakin bahwa tangisan tersbut adalah tangisan adiknya, namun ia tidak dapat melihatnya. Ketika beranjak dewasa, wisanggeni tumbuh menjadi sosok pastur muda yang ramah, pandai, dan suka menolong.
Pada suatu malam, dia menolong seorang gadis yang bernama Upi. Upi jatuh ke sumur. Ia mengalami gangguan jiwa. Wisanggeni pun mencari dokter agar mengobati Upi. Suatu hari, terjadi malapetaka yang menimpa wisanggeni karena memprovokasi warga untuk berdemonstrasi. Suatu hari mobil rumah sakit membawa Wisanggeni pergi ke tempat yang aman. Pastor Anthonius mendengar bahwa Wisanggeni menghilang dan sebagian mengira bahwa dia mati disekap pabrik. Ia berganti nama Saman setelah masalah selesai kira-kira dua tahun.
Laila semakin merindukan Sihar. Laila menyuruh Cok untuk menelpon pihak hotel dimana Sihar dan istrinya menginap. Cok adalah teman Laila yang pandai menirukan suara baik suara pria maupun wanita. Sejak sekolah dulu, Yasmin dan Saman adalah teman akrab. Mereka sering mengirim kabar melalui email ketika berada di New York. Setelah dua minggu, Saman tidak ada kabar beritanya. Yasmin sangat mencemaskan Saman. Ia takut jika Saman tertangkap atau kapalnya tenggelam. Sebenarnya Yasmin sudah memiliki suami yang bernama Lukas. Yasmin sangat menginginkan bayi, sedangkan Saman ingin melakukan hubungan intim layaknya suami istri dengan Yasmin. Saman ingin menggauli tubuh Yasmin sepuas-puasnya.

B.     Gagasan
Novel yang berjudul ”Saman” mengandung  berbagai nilai yang dapat di ambil, salah satunya dari segi penokohan, Nilai moral, nilai Sosial yang secara eksplisit kita dapat menjumpai pada setiap cerita. Dari segi penokohan kita dapat mempelajari karakteristik tokoh yang diperankan dalam novel ini, sehingga dari apa yang didapat memberikan suatu pelajaran. Dari segi Moral dalam novel tersebut menceritakan perseteruan antara seorang kekasih dalam berhubungan yang tidak selayaknaya dilakuakan oleh sepasang kekasih yang belum mempunyai hubungan atau sebuah ikatan resmi. Novel ini mendeskripsikan pada ketiga tokoh wanita yaitu Laila, Yasmin dan Shakantala yang rela menyerahkan keperawanannya kepada orang yang belum mempunyai ikatan resmi dengannya, walaupun sebenarnya kedua-duanya saling mencintai, begitu juga hubungan antara Saman dan Yasmin walaupun sebenarnya Yasmin sudah menikah akan tetapi mereka seolah melupakan apa yang telah ditetapkan. Dari segi sosial kita dapat melihat adanya suatu hubungan yang terlarang dalam sebuah pergaulan yang semestinya tidak layak dilakukan. Dalam perspektif feminisme menilai bahwa adanya suatu upaya dalam mengangkat harkat dan martabat kaum perempuan dari karya sastra itu sendiri.
 Ketika mengkaji novel tersebut dengan menggunakan perspektif feminisme banyak yang tidak relevan dengan cerita yang terdapat dalam novel tersebut yang lebih menonjolkan dalam tokoh-tokoh wanita yang secara eksplisit melecehkan kaumnya sendiri, salah satu contoh bentuk yang semestinya tidak dilakukannya adalah mereka melakukan seks dengan pasangan yang bukan resminya, mereka semata-mata hanya mendaya gunakan bahwa yang mereka lakukan hanyalah sebuah ”Cinta dan Sayang”  akan tetapi di balik semua itu mereka hanya menginginkan sebuah kepuasan yang sesaat yaitu berupa nafsunya belaka. Demi untuk memenuhi suatu kepuasan biologis dia rela menyerahkan sebuah keperawanan yang sanagt berharga yang dia miliki yang suatu saat keperawanan itu akan diberikan kepada suaminya akan tetapi mereka melecehkan harga diri kaum wanita dengan memudahakan kesucian yang dia miliki di berikan kepada pasangan yang bukan resminya. Di dalam tinjauan agama jelaslah bahwa semua perbuatan itu adalah perbuatan maksiat yang haram dilakukan oleh manusia. Adapun seperti surat Al-Isra ayat 32: Janganlah kamu mendekati zina sesungguhnya zina itu adalah perbuatan keji dan munkar .





Judul                 : Laskar Pelangi
Jenis Novel        : Novel Literer
Pengarang         : Andrea Hirata
Tahun Terbit    : 2005
Penerbit             : Bentang

A.    Sinopsis
Novel ini mengisahkan tentang SD Muhammadiyah di Belitung. Bangunan SD tersebut sudah miring dan hampir roboh. Bahkan. Kepala sekolahnya bernama K.A. Harfan Efendi Nur atau lebih dikenal dengan sapaan Pak Harfan. Pak Harfan dan ada wanita muda berjilbab yang bernama Ibu Muslimah Hafsari atau yang lebih dikenal dengan sapaan Bu Mus. Bu Mus adalah guru di SD tersebut.
Pak harfan dan Bu Mus  yang sederhana dan lembut ini berada pada situasi yang sangat genting karena pengawas sekolah dari Depdikbud Sumatera Selatan akan menutup SD Muhammadiyah Belitung jika tidak berhasil mendapatkan sepuluh murid. Tahun lalu, SD Muhammadiyah Belitung tersebut hanya mendapatkan sebelas siswa. Pak Harfan sangat pesimis akan mampu memenuhi target sepuluh murid pada tahun ini karena baru mendapatkan Sembilan murid. Di antaranya adalah Ikal, Lintang, Sahara, A Kiong, Kucai, Syahdan, Borek, dan Trapani. Bu Mus dan Pak Harfan memberitahu kepada Sembilan murid dan orangtua murid tersebut bahwa akan menunggu sampai jam sebelas. Semuanya pun pasrah. Orangtua menganggap bahwa kekurangan satu murid berarti pertanda bahwa lebih baik anak-anak mereka didaftarkan pada juragan saja. Sementara kesembilan murid tersebut sangat sedih, bahkan Sahara menangis terisak. Mereka ingin memakai sepatu, kaus kaki, jilbab, mempunyai buku-buku untuk belajar, dan memakai tas punggung yang semuanya serba baru.
Di tengah-tengah kecemasan dan keputusaan, tiba-tiba Trifani berteriak memanggil nama Harun. Semuanya pun terkejut. Harun adalah laki-laki yang mengalamai keterbelakangan mental. Harun ingin sekolah di SD Muhammadiyah, karena jika dia sekolah di SLB maka yang ada hanya di pulau Bangka. Lebih baik Harun dititipkan di SD tersebut daripada di rumah hanya mengejarkan ayam. Bu Mus dan Pak Harun serta yang lainnya pun merasa sangat lega karena genap mendapatkan sepuluh murid, itu artinya SD Muhammadiyah tidak jadi ditutup.
Setelah itu, Bu Mus pun membagi tempat duduk muri-murid barunya itu. Pembagian tempat duduk tersebut didasarkan pada kemiripannya. Banyak sekali kekonyolan-konyolan yang terjadi di antara mereka. Seperti pada saat A kiong yang nyengir saat ditanya perihal siapa namanya, kemudian protes yang dilakukan Kucai sewaktu pembagian ketua kelas, dan lain-lain. Keseruan yang menghiasai kehidupan para sahabat itulah yang menjadi lata belakang penamaan Laskar Pelangi bagi diri mereka. Bagi kawanan Laskar Pelangi tersebut, Bu Mus adalah sosok guru yang baik, sabar, lembut dan menyenangkan.
Salah satu murid SD Muhammadiyah yang bernama Ikal ternyata sedang kasmaran dengan anak pemilik toko yang bernama A Ling. Kejadian itu bermula ketika Bu Mus menyuruh Ikal untuk membeli kapur di toko milik keluarga A Ling. Cinta Ikal berawal dari keindahan kuku yang dimiliki oleh A Ling. Mahar yang memiliki bakat terpendam ternyata memiliki ide untuk menggelar perlombaan semacam karnaval. Para lascar pelangi pun ikut memriahkan lomba tersebut dan mereka menari seperti orang kesetanan. Hal tersebut diakibatkan karena kalung yang dipakai oleh lascar pelangi adalah kalung yang berasal dari buah langka yang menyebabkan mereka gatal-gatal. Namun, hal itu justru berhasil membuat para lascar pelangi memenangkan perlombaan.
Peristiwa-peristiwa yang terjadi di antara lascar pengi pun tidak selamanya berjalan mulus. Hal tersebut berawal ketika SD Muhammadiyah kedatangan murid baru yang bernama Flo. Ia pindahan dari SD PN. Ia membawa pengaruh buruk bagi murid-murid lama, terutama Mahar. Sebab, Mahar adalah anak yang duduk sebnagku dengannya. Bu mus sangat kecewa karena nilai Mahar menjadi jelek.
Lintang adalah salah satu anggota laskar pelangi yang tergolong cerdas. Lintang merupakan murid yang pengorbanannya paling besar, yaitu rela menempuh 80 kilometer demi bersekolah di SD Muhammadiyah. Kecerdasaan Lintang terbukti ketika Lintang, Ikal, dan Sahara mengikuti lomba cerdas cermat dan berhasil mengalahkan Drs. Zulfikar, seorang guru dari PN.
Peristiwa pilu terjadi ketika Lintang kehilangan ayahnya. Beberapa hari setelah perlombaan, ayah Lintang meninggal dunia. Lintang tidak pernah masuk sekolah lagi. Ia mengirim surat kepada Bu Mus bahwa ia tidak dapat sekolah lagi karena ayahnya meninggal dunia. Bu Mus dan anggota Laskar Pelangi sangat sedih mendengar kabar tersebut. mereka harus berpisah dengan Lintang si anak jenius.
Ketulusan yang diberikan Bu Mus menjadi jalan menuju kesuksesan. Ikal berhasil bersekolah di paris, sementara Mahar dan kawan-kawannya membanggakan kota Belitung. Banyak pengalaman yang terjadi di SD Muhammadiyah tersebut.

B.     Gagasan
Novel Laskar Pelangi tersebut menggambarkan sebuah persahabatan di SD Muhammadiyah Belitung dan ketulusan pengabdian seorang guru yang bernama Bu Mus. Kehidupan sosial di antara mereka pun terjalin sangat harmonis, termasuk hubungannya dengan Harun. Meskipun Harun mengalami keterbelakangan mental, namun murid lain pun tetap menyanyangi Harun. Novel tersebut mengandung nilai-nilai yang patut dicontoh, seperti perjuangan Lintang yang tetap semangat untuk bersekolah meskipun harus menempuh jarak 80 kilometer. Bahkan Lintang tergolong murid yang jenius. Kejeniusannya tersebut dibuktikan dengan kemenangannya saat lomba cerdas cermat. Ia, Ikal, dan Sahara berhasil mengalahkan Drs. Zulfikar seorang guru yang kaya dan berijazah. Melalui tokoh-tokoh inilah, kita dapat mengambil pelajaran yang sangat berharga, bahwa bukan fasilitas yang lengkap dan menunjang serta sekolah yang mewah yang mampu membawa muridnya menuju kesuksesan, akan tetapi kerja kerasa dalam menggapai mimpi itulah yang membawa seseorang menuju kesuksesan.
Ketulusan Bu Mus berhasil mengantarkan anak-anak laskar pelangi menjai orang yang sukses dan membanggakan kota Belitung.
Judul                 : Pudarnya Pesona Cleopatra
Jenis Novel        : Novel Populer
Pengarang         : Habiburrahman El Shirazy
Penerbit             : Republika
Tahun Terbit    : 2006

A.    Sinopsis
Novel ini mengisahkan tentang tokoh “Aku”  yang merasa syok, kecewa, dan tidak menyangka bahwa sejak di dalam kandungan ia sudah dijodohkan oleh wanita pilihan ibunya yang bernama Raihana. Raihana adalah putri dari teman ibunya sewaktu masih nyantri di Mangkuyudan, Solo. “Aku” tidak pernah megenal Raihana sebelumnya sehingga “Aku” merasa sangat mustahil jika harus menjalani bahtera rumah tangga dengan wanita tersebut. “Aku” memiliki adik perempuan yang bernama Aida. Aida selalu mengunggul-unggulkan Raihana dalam segala hal. Aida menjelaskan panjang lebar mengenai Raihana, menurut Aida, wanita yang akan dijodohkan untuk kakaknya tersebut sangat cantik dan memiliki wajah baby face sehingga membuat wajahnya nampak enam tahun lebih muda. Raihana juga seorang wanita yang hafal Al-Qur’an. Akan tetapi, “Aku” sama sekali tidak tertarik dengan wanita yang telah dijodohkan untuknya tersebut. Kecantikan Raihana bahkan diacungi jempol oleh tante Lia seorang pemilik salon kosmetik terkemuka yang memiliki selera sangat tinggi.
Kecantikan yang dipancarkan oleh Raihana tidak mampu membuat “Aku” jatuh cinta kepadanya. Ia masih terobsesi oleh gadis mesir yang memiliki kecantikan yang sangat memukau. Menurutnya, citra gadis Mesir adalah titisan Cleopatra yang tinggi semampai, hidungnya melengkung, matanya bulat khas Arab dan wajahnya putih. Itulah kriteria gadis yang diinginkan oleh “Aku” yang pantas menjadi istrinya.
Setelah dipikirkan secara bulat dan matang, akhirnya “Aku” mengiyakan untuk menikahi Raihana. Hal itu semata-mata hanya untuk membahagiakan ibunya. Ia tidak ingin ibunya kecewa. Menjelang akad nikah, “Aku” berusaha menumbuhkan bibit-bibit cinta untuk Raihana namun gagal. Saat hari pernikahan tiba, “Aku” merasa seperti tawanan yang hendak digantung. Lantunan sholawat nabi di acara sakral tersebut seolah menyayat hati “Aku”. Setelah keduanya resmi menikah, “Aku” memang memuliakan Raihana sebagai istrinya namun hal itu dilakukan bukan atas dasar cinta.
Dua bulan setelah menikah, “Aku” dan Raihana pindah ke rumah kontrakan di kota Malang. Hari-harinya terasa semakin berat karena menikah tanpa cinta. Empat bulan setelah menikah, sikap “Aku” menjadi dingin, acuh, cuek dan acuh terhadap Raihana. Bahkan mereka tidak lagi tidur satu ranjang. Perubahan-perubahan yang terlihat dari “Aku” membuat Raihana memberanikan diri untuk menanyakan apa yang sebenarnya. Saat “Aku” memanggil Raihana dengan sebutan “mbak” Raihana menangis terisak-isak dan memeluk kaki suaminya tersebut. Raihana memohon agar “Aku” tidak menceraikannya karena baginya menikah adalah satu kali seumur hidup. Perceraian adalah neraka. Namun, “Aku” tidak merasa iba sama sekali. mungkin hatinya sudah benar-benar mati.
Semakin lama suasana semakin asing. Mereka seperti tidak saling kenal. Akan tetapi, Raihana tetap setia dan melayani “Aku” dengan baik. Seperti saat “Aku” kehujunan dan jatuh sakit, Raihana tetap merawatnya. Saat tidur, “Aku” bermimpi bertemu dengan Mona Zaki gadis Mesir sang Cleopatra. Di tengah-tengah mimpinya yang indah itu, Raihana membangunkannya karena belum sholat Isya. “Aku” merasa sangat jengkel.
Suatu hari, Raihana dan “Aku” menghadiri acara aqiqahan putra ketiga Yu Fatimah. Yu Fatimah adalah kakak Raihana. Orangtua mereka menyindir mengenai keturunan. Sejak saat itu, “Aku” mulai lembut dan mesra kepada Raihan hingga Raihana hamil. saat Raihana Hamil, ia ikut dengan ibunya. Suatu hari, “Aku” bertemu dengan Pak Qalyubi. Pak Qalyubi menceritakan pengalaman pahitnya karena menikah dengan gadis Mesir yang bernama Yasmin. Menurut pak Qalyubi, gadis Mesir memang cantik namun sangat matrealis. Saat usaha pak Qalyubi bangkrut, Yasmin meninggalkan pak Qakyubi begitu saja dan mengatakan bahwa ia sangat menyesal menikah dengan orang Indonesia yang tidak sekaya orang Mesir. Perkataan tersebut membuat pak Qalyubi bagai tersambar geledek. Baginya orang Indonesia, terlebih orang Jawa sangat berbeda dengan gadis Mesir. Ia berkata bahwa “Aku” sangat beruntung memiliki istri orang Jawa. Hal tersebut membuat hati “Aku” luluh. Ia cepat-cepat ingin pulang dan bertemu dengan Raihana. Ia membawakan Raihana baju muslimah. Sebelum menyusul Raihana ke rumah ibunya, ia mampir ke kontrakan. Di sana ia menemukan tulisan-tulisan Raihana yang membuatnya menangis dan menyesal. Ia semakin tak sabar ingin bertemu Raihana.
Sesampai di rumah ibunya, “Aku” benar-benar lemas karena mendengar berita bahwa Raihana jatuh di kamar mandi sehingga ia dan anak yang dikandungnya meninggal seminggu yang lalu. Keluarga tidak bisa menghubungi “Aku” karena sedang pelatihan di Jawa Barat. Sebelum meninggal, Raihana berpesan agar ibunya menyampaikan permintaan maaf Raihana untuk “aku”. tiba-tiba semuanya menjadi gelap.

B.     Gagasan
Di satu sisi, Tokoh “Aku” dalam novel tersebut adalah seorang anak yang hormat,  patuh, dan berbakti pada ibunya sehingga ia bersedia menikahi wanita yang tidak ia cintai. Namun di sisi lain, ia bukanlah sosok suami yang baik. Ia sangat acuh terhadap istrinya. Padahal, istrinya sangat lembut dan setia melayaninya kapanpun. Sikapnya yang congkak tersebut membuat istrinya sangat sedih. Tokoh “Aku” terlalu mendambakan gadis Mesir yang memiliki pesona seperti Ratu Cleopatra.
Tokoh Aku mengalami konflik batin yang sangat dahsyat. Batinya sakit, kacau, kecewa karena harus menjalani bahtera rumah tangga dengan seorang wanita yang tidak dicintainya. Pada akhirnya, ia menjadi sadar ketika Pak Qalyubi menceritakan pengalaman pahitnya karena menikahi gadis Mesir. seketika itu, tokoh “Aku” langsung cepat-cepat menemui Raihana di rumah ibunya.
Lagi-lagi batinnya berkecamuk, ia menangis, hatinya sangat sedih dan menyesal saat membaca surat-surat Raihana. Tentang kepedihan dan kesedihan Raihana. Puncaknya, batinnya semakin sedih dan sakit hingga semuanya terasa gelap saat mengetahui Raihana dan calon anak mereka telah meninggal karena jatuh dari kamar mandi saat tokoh “Aku” sedang pelatihan di Jawa Barat.
Salah satu pelajaran yang dapat diambil dari novel tersebut adalah janganlah mencari kesempurnaan hidup. Karena di dunia ini tidak ada yang sempurna. Kita juga harus menerima dengan ikhlas terhadap apa yang kita peroleh walaupun tidak sesuai dengan keinginan kita. Karena Allah memberikan apa yang kita butuhkan, bukan apa yang kita inginkan.
“Cinta tidak menyadari kedalamannya sampai ada saat perpisahan” kata mutiara dari Kahlil Gibran itulah yang menggambarkan bagaimana cerita yang tercermin dalam novel “Pudarnya Pesona Cleopatra” karya Habiburrahaman El Shirazy tersebut.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar