Sabtu, 15 Agustus 2015

“Kepribadian Tokoh Delisa dalam Novel Hafalan Shalat Delisa Karya Tere Liye: Kajian Psikoanalisis”.


BAB I
PENDAHULUAN
A.           Latar Belakang Masalah
Sebagai suatu karya kreatif dan imajinatif, karya sastra merupakan hasil olah pikir pengarang dan pengarang dapat menghadirkan tokoh-tokoh yang mewakili perilaku manusia yang beraneka ragam. Objek sastra adalah manusia dan segala kehidupannya dengan menggunakan bahasa sebagai mediumnya. 
Fungsi karya sastra salah satunya adalah untuk mencerminkan kehidupan manusia yang selalu mengalami perkembangan. Bentuk karya sastra tersebut salah satunya berupa fiksi (novel). Novel mampu menghadirkan perkembangan satu karakter, situasi sosial yang rumit, hubungan yang melibatkan banyak atau sedikit karakter, dan berbagai peristiwa ruwet yang terjadi beberapa tahun silam secara lebih mendetil.
Pengarang banyak mengangkat permasalahan-permasalahan tertentu di dalam novel yang ditulisnya. Salah satunya adalah permasalahan kejiwaan (psikologi) para tokohnya. Oleh karena novel banyak mengangkat masalah kejiwaan tersebut, maka hal-hal yang berhubungan dengan kejiwaan tokoh sangat menarik untuk dianalisis. Salah satunya ialah dengan kajian psikonalisis yang merupakan bagian dari psikologi.
Istilah psikonalisis ini pertama kali diungkapkan oleh Sigmun Freud dalam teori kepribadian yang lebih dikenal dengan istilah psikoanalisa. Teori kepribadian terdiri dari tiga aspek, yaitu id, ego, dan superego. Melalui kajian tersebut, Freud berhasil menyimpulkan hasil riset yang abadi dan mengilhami para peneliti.
Masalah kepribadian tokoh akan dibahas oleh peneliti, khususnya kepribadian tokoh Delisa sebagai tokoh utama dalam novel Hafalan Shalat Delisa karya Tere Liye. Kajian kepribadian tersebut mencakup tiga spek yaitu Id, Ego, dan Superego seperti teori yang dikemukakan oleh Sigmund Freud.
Berdasarkan penjabaran di atas, maka peneliti akan melakukan sebuah penelitian yang berjudul “Kepribadian Tokoh Delisa dalam Novel Hafalan Shalat Delisa Karya Tere Liye: Kajian Psikoanalisis”.

B.            Identifikasi  Masalah
Pembatasan masalah dalam sebuah penelitian diperlukan agar penelitian yang dilakukan dapat tepat sasaran dengan hal yang akan dianalisis. Sebuah penelitian harus dibatasi ruang lingkupnya agar wilayah kajiannya tidak terlalu luas. Pembatasan masalah dalam penelitian ini adalah analisis struktur novel Hafalan Sholat Delisa karya Tere Liye yang berupa tema, tokoh, penokohan, alur, gaya bahasa dan latar, serta  kepribadian tokoh Delisa dari aspek id, ego, dan superego dalam novel Hafalan Shalat Delisa. 

C.           Rumusan Masalah/ Fokus Penelitian
Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:
1.      Bagaimana struktur pembangun novel Hafalan Shalat Delisa karya Tere Liye?
2.      Bagaimana kepribadian tokoh Delisa dalam novel Hafalan Shalat Delisa karya Tere Liye ditinjau dari psikologi sastra?

D.           Tujuan Penelitan
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan dalam penelitian ini adalah:
1.      Memaparkan struktur pembangun novel Hafalan Shalat Delisa karya Tere Liye.
2.      Memaparkan kepribadian tokoh Delisa dalam novel Hafalan Shalat Delisa karya Tere Liye ditinjau dari psikologi sastra.

BAB II
PEMBAHASAN
A.       Struktur Novel Hafalan Sholat Delisa Karya Tere Liye
Berikut akan dijabarkan mengenai struktur novel Hafalan Shalat Delisa karya Tere Liye yang meliputi tema, alur, penokohan, dan latar/setting.

1.         Tema
Tema novel Hafalan Shalat Delisa ini adalah pengorbanan dan kerja keras yang dilakukan oleh seorang anak perempuan berusia 6 tahun dalam menghafal bacaan sholat yang bernama Delisa. Novel ini mengisahkan mengenai keihklasan dan ketegaran hati Delisa yang mengalami bencana dahsyat Tsunami pada tahun 2004. Dalam sekejap, bencana sudah meluluhlantakkan kota Lhok Nga dan menewaskan ratusan orang termasuk umi dan kakak-kakak Delisa yang terbawa gelombang tsunami. hal tersebut dapat dilihat dari kutipan berikut.
Sore itu mereka mengumpulkan ratusan tubuh. Sayangnya tak ada satupun yang ditemukan masih bernafas. Tidak ada. Bagaimana mungkin keajaiban itu ada? Lhok Nga hampir 80 % musnah. Kalaupun ada yang selamat, karena sedang beruntung berada di manalah (Hafalan Shalat Delisa, 2008:101).

2.         Alur
Berikut  merupaka alur yang terdapat dalam novel Hafalan Sholat Delisa.
a.    Tahap Penyituasian (Situation)
Tahap penyituasian dalam novel Hafalan Shalat Delisa terdapat pada bagian ketika Delisa ingin menghafal bacaan sholat agar mendapatkan hadiah kalung dari uminya dan sepeda dari abinya. Hal tersebut nampak pada kutipan berikut.
Mereka akan pergi ke pasar Lhok Nga. Membeli kalung hadiah hafalan bacaan shalat Delisa (di samping belanjaan rutin mingguan Ummi lainnya). Kalung yang dijanjikan Ummi sebulan lalu. Kalung yang membuatnya semangat belajar menghafal bacaan shalat minggu-minggu terakhir. (Hafalan Shalat Delisa, 2008,:25)

“Ah iya, nanti Abi juga kasih hadiah buat Delisa. Sepeda!” Abi berkata lembut (Hafalan Shalat Delisa, 2008:30).

b.    Tahap Pemunculan Konflik (Generation Circumstances)
Konflik dalam novel Hafalan Sholat Delisa muncul ketika bencana gempa dan tsunami melanda ketika Delisa melakukan praktik sholat. Ketika itu, tiba-tiba gelombang tsunami menerjang. Aka tetapi, Delisa tetap khusyuk dalam membaca bacaan sholat sehingga tidak menyadari adanya gelombang tsunami yang datang. Hal tersebut nampak dalam kutipan berikut.
Ujung air mennghantam tembok sekolah. Tembok itu rekah seketika. Ibu Guru Nur berteriak panik. Ummi yang berdiri lagi di depan pintu kelas menunggui Delisa berteriak keras…SUBHANALLAH! Delisa tidak mempedulikan apa yang terjadi. Delisa ingin khusuk.  (Hafalan Shalat Delisa, 2008:71).

c.    Tahap Peningkatan Konflik (Rising Action)
Tahap peningkatan konflik terjadi ketika tubuh Delisa berada di semak-semak. Ia bertahan hidup dengan minum air hujan dan makan apel yang dibawakan oleh burung-burung. Hal tersebut sangat ajaib. Beberapa hari kemudian, Delisa berhasil ditemukan oleh seorang relawan. Kaki kanannya sudah membusuk sehingga harus diamputasi oleh tim medis. Hal tersebut nampak pada kutipan berikut.
Delisa dioperasi. Betis kaki kanannya yang sudah membusuk bernanah diamputasi tanpa ampun. Siku tangan kanannya di-gips. Masih bisa diselamatkan. Tubuhnya  lemah sekali. Tak ada yang bisa menjelaskan bagaimana tubuh selebam, seluka, dan menyedihkan itu masih bisa bernafas. Bertahan hidup (Hafalan Shalat Delisa, 2008:111-112).




d.   Tahap Klimaks (Climax)
Tahap klimaks dalam novel Hafalan Sholat Delisa terjadi ketika Delisa kembali ke Lhok Nga dan melihat kehancuran Lhok Nga akibat tsunami. Delisa pun harus belajar menyesuaikan diri dengan kondisi fisiknya yang kini cacat. Hal tersebut terlihat pada kutipan berikut.
Delisa mulai belajar berhitung. Belajar menulis, menggambar, bernyayi, dan semua kegiatan yang menyenangkan dulu. Delisa ingat ponten matematika-nya yang sembilan. Sekarang pun Delisa tidak kesulitan melanjutkan sekolahnya. Masih sama seperti dulu. Terasa menyenangkan, meski dengan situasi seadanya. Delisa tidak keberatan, ia riang berangkat setiap pagi menuju sekolah darurat itu (Hafalan Shalat Delisa, 2008:173).

e.    Tahap Penyelesaian (Denoement)
Tahap penyelesaian terjadi ketika keadaan Aceh sudah kembali normal. Beberapa hari kemudian, Umam telah menemukan umminya. Hal tersebut membuat Delisa marah dan cemburu karena Umam telah menemukan uminya. Padahal, Umam anak yang nakal. Sementara Delisa anak baik akan tetapi uminya tak kunjung ditemukan. Tahap penyelesaian ini terjadi ketika Delisa menyadari bahwa kemarahannya terhadap Umam hanya akan membuatnya menyesal.
Selain itu, Delisa juga mulai menyadari bahwa setiap kali melakukan sesuatu harusnya didasari dengan rasa ikhlas. Tidak boleh mengharapkan hadiah atau imbalan dari orang lain. Termasuk ketika ia menghafalkan bacaan sholat, seharusnya ia tidak mengharapkan kalung dan sepeda dari Umi dan abinya. Delisa sangat terharu karena berkat semangat dan keikhlasannya, ia pun berhasil menghafal bacaan sholatnya secara sempurna. Keajaiban pun terjadi ketika kalung yang dibelikan umi untuk Delisa berhasil ditemukannya bersama tulang belulang uminya.



3.         Penokohan
Berikut akan dijabarkan mengenai tokoh-tokoh yang dominan dalam novel Hafalan Shalat Delisa karya Tere Liye.
a.    Delisa
Delisa merupakan anak bungsu. Ia sangat menggemaskan dan sedikit berbeda dengan kakak-kakaknya. Delisa pun anak yang mandiri, penyayang, suka menolong sehingga banyak disenangi oleh tetangganya. Hal tersebut nampak dalam kutipan berikut.
b.    Umi
Umi Delisa bernama Umi Salamah. Umi Salamah adalah sosok ibu yang benar-benar menyayangi anak-anaknya tanpa pilih kasih. Ia bekerja sebagai penjahit baju.
c.    Abi Usman
Abi Usman adalah ayah Delisa. Abi Usman pun adalah sosok ayah yang penyayang dan bersahaja.
d.   Kak Aisyah dan Kak Zahra
Kak Aisyah dan Kak Zahra adalah saudara kembar. Akan tetapi mereka memiliki perbedaan sifat. Kak Zahra adalah sosok yang peyabar dan pendiam. Sedangkan Kak Aisyah adalah sosok yang keras kepala, egois, dan pencemburu.
e.    Kak Fatimah
Kak Fatimah adalah si sulung yang paling bisa diandalkan. Ia kelas satu madrasah Aliyah. Di usianya yang baru 16 tahun, ia dapat menggantikan peran uminya dengan baik. Salah satunya, menjaga adik-adiknya dengan penuh kasih sayang.
f.     Ustadz Rahman
Ustadz Rahman adalah sosok ustdaz yang sangat baik. Ia selalu menyemangati Delisa. Ustadz Rahman merupakan guru ngaji Delisa.
g.    Smith dan Sofi
Smith dan Sofi adalah relawan dari luar negeri yang membantu para korban tsunami. Smith dan Sofi juga merupakan sahabat baru Delisa. Mereka selalu memberi semangat kepada Delisa dan anak-anak Lhok Nga lainnya agar tidak terus menerus terpuruk pasca tsunami.

4.         Latar
a.       Latar Tempat
Latar tempat dalam novel Hafalan Shalat Delisa adalah di Aceh. Tempat-tempat yang digambarkan dalam novel tersebut antara lain di kampung halaman Delisa yaitu di Lhok Nga, tempat pengungsian (tenda darurat), hutan, lapangan bola, kapal induk, sekolah, dan lain-lain.
b.      Latar Waktu
Latar waktu dalam novel Hafalan Shalat Delisa ini terjadi ketika Aceh di landa Tsunami pada bulan Desember 2004. Tsunami terjadi tepatnya tanggal 26 Desember 2004.
c.    Latar Suasana
Suasana yang terjadi dalam ovel Hafalan Shalat Delisa sangat menyedihkan dan mengharukan karena mengisahkan tentang perjuangan seorang anak kecil yang menjadi korban tsunami.

B.       Kepribadian Tokoh Delisa dalam Novel Hafalan Sholat Delisa
Kepribadian tokoh Delisa dalam novel Hafalan Shalat Delisa akan dijabarkan menurut struktur Das Es (The Id), Das Ich (The Ego), dan Das Uber Ich (The Superego) seperti teori yang disampaikan oleh Sigmund Freud.

1.         Kepribadian Tokoh Delisa Berdasarkan  Aspek  Id
Aspek id berisikan dunia batin dan tidak berhubungan langsung dengan dunia objektif. Aspek id nampak ketika Delisa ingin menghafal bacaan shalat dengan sempurna. Delisa sebenarnya adalah anak yang cerdas akan tetapi terkadang ia malas menghafal bacaan sholat. Oleh karena itu, kakak-kakaknya membuatkan Delisa cara menghafal bacaan shalat dengan secarik kertas yang dinamai Jembatan Keledai. Hal tersebut nampak pada kutipan berikut.
Di atas meja itu ada selembar kertas. Kertas apa? Mata Delisa menyapu setiap senti-nya. Jembatan Keledai. Itu petunjuk cara menghafal shalat yang baik. Seperti bagaimana agar bacaan rukuk tidak tertukar dengan bacaan sujud. Bagaimana agar bacaan di antara dua sujud tidak terbolak-balik. Semuanya ada jembatan keledainya. Cara menghafal dengan menganalogkan hafalan dengan huruf atau benda-benda menarik lainnya. (Hafalan Shalat Delisa, 2008:49).
Delisa menyadari apa kertas itu, bersorak senang! Kertas ini menyelamatkannya! Ia semangat berlari ke meja makan lagi (Hafalan Shalat Delisa, 2008:49).

Aspek id pada kutipan tersebut menggambarkan adanya perasaan puas dan senang yang dirasakan oleh Delisa karena mendapatkan cara yang mudah dalam menghafal bacaan shalat.

Aspek id juga nampak ketika Delisa mendapatkan hadiah cokelat dari ustdz Rahman akan tetapi Delisa bingung ketika mendapat pertanyaan kenapa ustadz Rahman memberikan hadiah cokelat untuknya. Adanya keinginan untuk tidak berbohong adalah akibat dari dorongan id yang ada pada diri Delisa. Hal tersebut nampak pada kutipan berikut.
Delisa menelan ludah. Ia tidak bisa berbohong. Tetapi akan lebih rumit kalau ia cerita sekarang. Pasti dihabisin Kak Aisyah. Ah besok-besok kan masih ada waktu. Delisa akan cerita deh… tetapi besok-besok ceritanya. Janji Delisa dalam hati sungguh-sungguh (sayangnya Delisa tidak tahu! Tidak ada lagi besok-besok itu). (Hafalan Shalat Delisa, 2008:61)

 Delisa adalah sosok yang menyayangi seluruh keluarganya. Di saat ia  sadar dari tidur panjangnya, ia sangat ingin mengeahui dimana umi dan kakak-kakaknya karena ketika itu yang datang menjenguk hanya Abi Usman. Saat Abi Usman menceritakan kejadian yang sebenarnya. Delisa sangat terpukul. Hatinya bagai tertusuk sembilu. Pedih. Adanya perasaan pedih di dalam hatinya ketika mendengarkan penjelasan abi Usman tersebut termasuk ke dalam id karena perasaan atau intrinsik-intrinsik adalah unsur-unsur yang ada di dalam id. Berikut kutipan yang menggambarkan kepedihan hati Delisa.

2.         Kepribadian Tokoh Delisa Berdasarkan  Aspek Ego
Aspek ego yang terlihat dari tokoh Delisa adalah sikapnya yang ingin menghafal bacaan sholat agar mendapatkan hadiah berupa kalung berliontin huruf “D”.hal tersebut nampak pada kutipan berikut.
Delisa menarik nafas. Menggaruk-garuk rambut pirangnya. Ia teringat hadiah kalung itu… indah sekali! Delisa tersenyum senang. Ia harus hafal bacaan sholat ini segera biar dapat kalung itu! HARUS! (Hafalan Shalat Delisa, 2008:25).

Keinginan mewujudkan impian dengan ego yang tinggi juga nampak ketika Abi Usman menjajikan sesuatu kepada Delisa. Jika Delisa berhasil menghafal bacaansholat dengan sempurna, maka Abi Usman akan memberikan hadiah kepada Delisa berupa sepeda roda dua. Hal tersebut mendorong Delisaa semakin semangat untuk mewujudkan impiannya. Hal tersebut nampak pada kutipan berikut.
“Karena Abi janji beliin Delisa sepeda! Hadiah hafalan shalat buat Delisa! Jadi Wusshh… Delisa pasti nggak telat lagi!” Delisa menyeringai bangga. Membuka iqra’nya. (Hafalan Shalat Delisa, 2008:37).

Delisa belum bisa naik sepeda. Keinginannya untuk bisa naik sepeda semakin besar ketika Abi Usman menjanjikan akan menghadiahi Delisa sebuah sepeda ketika ia berhasil menghafal bacaan shalat. Oleh karena itu, Delisa melakukan berbagai cara agar dapat naik sepeda dengan cepat. Ia belajar naik sepeda dengan Tiur.
Setengah Jam berikut dihabiskan oleh Delisa belajar naik sepeda. Ternyata tidak semudah main sepak bola. Delisa sudah tiga kali jatuh berdebam di atas pasir. Lututnya bahkan lecet (ia sih pakai digulung segala celananya.)  rambut ikal pirangnya penuh butiran pasir. Tetapi Delisa tetap cuek. (Hafalan Shalat Delisa, 2008:46).

Aspek ego pada kutipan di atas merupakan aspek yang digunakan untuk mecapai id yaitu ingin menghafal shalat secara sempurna.
3.         Kepribadian Tokoh Delisa Berdasarkan Aspek Superego
Kepribadian tokoh Delisa berdasarkan aspek superego yaitu walaupun gagal mendapatkan kalung dan sepeda roda dua dari umi dan abi, namun Delisa tetap bertekad untuk melanjutkan menghafal bacaan shalatnya ditegah kondisinya yang belum stabil. Meskipun sulit bagi Delisa, tetapi Delisa memilih untuk tetap berusaha semaksimal mungkin karena sudah dibuatkan jembatan keledai oleh Abi Usman. Hal tersebut nampak dalam kutipan berikut.
Urusan menghafal bacaan shalat itu pelik bagi Delisa. Susah. susaaaaaah sekali. Guratan huruf Arab itu menolaknya mentah-mentah. Delisa sudah sebulan terahir selepas Isya selalu menenteng buku hafalan bacaan shalatnya. Membacanya berulang-ulang. Malam ini jika ia berhasil hafal doa iftitah. Besoknya ia seketika lupa begitu saja. Seperti lukisan di kanvas yang raib begitu saja. Delisa benar-benar bingung. Belum lagi penyakit terbolak-balik menghafalnya yang kembali semakin parah (Hafalan Shalat Delisa, 2008:184).

Aspek superego pun mulai terlihat ketika Delisa  menyadari bahwa untuk melakukan sesuatu tidak boleh didasarkan karena mengharap imbalan dari orang lain. Delisa ingin menghafal bacaan shalat dengan ikhlas bukan karena ingin mendapatkan hadiah dari Abi dan Umi. Hal tersebut nampak pada kutipan berikut.
 “Delisa hanya ingin hafal shalatnya! Delisa hanya ingin berdoa agar Delisa selalu bersama Ummi dalam shalat… Delisa hanya ingin itu… Delisa hanya ingin Shalat! Delisa hanya ingin berdoa agar bisa bertemu Ummi…” Mata hijau Delisa buncah oleh penyesalan. Buncah oleh pemahaman yang tiba-tiba ditumbuhkan dalam hatinya (Hafalan Shalat Delisa, 2008:253).

Aspek superego dalam kutipan tersebut menggambarkan dasar hati nurani Delisa yang mengerti bahwa segala sesuatu yang dilakukan harus didasarkan oleh keikhlasan hati, bukan karena iming-iming hadiah tertentu. Pada akhirnya, Delisa mampu membedakan mana yang baik dan mana yang buruk serta mana yang boleh dilakukan dan tidak boleh dilakukan.


























BAB III
PENUTUP

A.      Simpulan
Berdasarkan analisis struktural novel Hafalan Shalat Delisa karya Tere Liye tersebut, unsur struktural yang membangun novel Hafalan Shalat Delisa antara lain tema, alur, penokohan, dan latar. Tema dalam novel ini adalah motivasi kehidupan yang mengisahkan semangat dan perjuangan anak berusia enam tahun yang berusaha untuk menghafal bacaan shalat secara sempurna. Ia juga merupakan gadis yang tegar meskipun bencana tsunami telah merenggut orang-orang yang ia sayangi.
Alur dalam novel ini adalah alur maju. Tokoh-tokoh yang diteliti dalam penelitian ini tidak hanya Delisa saja. Akan tetapi, ada tokoh-tokoh lain yang dominan muncul antara lain: Abi Usman, Umi Salamah, Kak Fatimah, Kak Aisyah dan Kak Zahra, Ustadz Rahman, Kak Sofi, dan Smith.
Latar yang digambarkan dalam novel Hafalan Sholat Delisa dikaji berdasarkan latar tempat, latar waktu, dan latar suasana. Latar tempat antara lain terjadi di Lhok Nga, hutan, tenda darurat, ruang rawat, lapangan bola. Latar waktu dalam novel tersebut adalah ketika bencana tsunami menerjang pada bulan Desember 2004. Suasana haru dan sedih menyelimuti kisah-kisah yang tertulis dalam novel Hafalan Shalat Delisa.
Selain analisis struktural, penelitian ini juga mengkaji aspek kepribadian tokoh utama, yaitu tokoh Delisa. Kepribadian tokoh Delisa dalam novel Hafalan Shalat Delisa dapat disimpulkan tiga hal sebagai berikut: (1) kepribadian tokoh Delisa berdasarkan aspek Id yaitu adanya keinginan untuk membuktikan bahwa ia dapat menghafal bacaan shalat secara sempurna dengan bantuan Jembatan Keledai yang dibuat oleh kakak-kakaknya, (2) kepribadian tokoh Delisa berdasarkan aspek ego yaitu adanya dorongan naluri Delisa untuk segera menghafal bacaan shalat agar cepat mendapatkan kalung dari umi dan sepeda roda dua dari abi, (3) kepribadian tokoh Delisa berdasarkan aspek superego yaitu walaupun Delisa gagal mendapatkan kalung dan sepeda roda dua karena musibah tsunami yang menimpanya, tetapi Delisa tetap bertekad untuk menghafalkan bacaan shalat secara sempurna. Ia juga menyadari kesalahannya karena pernah melakukan sesuatu hanya karena ingin mendapatkan hadiah dan tidak didasari keikhlasan hati.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar